PERBEDAAN DAN PERSAMAAN QUALITY ASSURANCE, TOTAL QUALITY MANAJEMEN AND CONTINOUS QUALITY IMPROVMENT
Tugas : Kelompok
Mata
Kuliah : Manajemen Mutu dan Hospital
Safety
Dosen : Dr. dr. A. Indahwaty Sidin, MHSM
PERSAMAAN
DAN PERBEDAANQUALITY ASSURANCE (QA), TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM), DAN
CONTINOUS QUALITY IMPROVEMENT (CQI)

Oleh
P1806215007 ARDY GISNAWAN
P1806215015 IKA FADHILAH BEA
P1806215019 SOFIYAN
P1806215023 FEBRIANY ANGRAENI
P1806215035 NEVY SHINTA DAMAYANTI
KONSENTRASI MAGISTER
ADMNISTRASI RUMAH SAKIT
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
Pendahuluan
Mutu adalah
gambaran dan karateritik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan pelanggan baik berupa kebutuhan yang
dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat.
Mutu pelayanan di rumah sakit merupakan bagian proses untuk menciptakan
atau membentuk kepuasan pasien serta pihak lainnya. Karena mutu pelayanan yang
baik, akan membuat rumah sakit dimintai oleh berbagai pihak yang berkepentingan
(stakholders).
Dalam praktek pengkajian mutu adakalanya ditemukan masalah yang tidak
dapat dipecahkan secara individu, akan tetai masalahnya menyangkut kelompok
atau organisasi dan system secara keseuruhan, maka pendekatan pemecahan untuk
(1) kelompok (unit kerja) dikenal sebagai quality control circley (gugus
kendali mutu) dan (2) organisasi dikenal sebagai total quality management.
Pengembangan mutu di bidang kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan
berbagai pendekatan anatara lain melalui penjaminan mutu (quality assurance) pelayanan kesehatan dasar di puskesma, gugus
kendali diberbagai rumah sakit baik pemerintah maupun di swasta, pengendalian
mutu terpadu, manajemen mutu terpadu (total quality managent).
Ukuran yang terpenting dalam mutu bukanlah harga atau biaya, akan tetapi
kesamaan terhadap standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, suatu barng
atau jasa dikatanan bermutu apabila barabg atau jasa tersebut mempunyai derajat
kesempurnaan yang sesuai dengan derajat standar yang ada. Dalam istilah lain
dapat dikemukakan bahwa mutu adalah perpaduan sifat-sifat dan karakteristik
produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan pemakai atau pelanggan.
I. Quality Assurance(QA)
A. Pengertian
Quality Assurance
Quality
Assurance (menjaga mutu) sering diartikan sebagai menjamin
mutu atau memastikan mutu. Seperti dalam
kata to assure (= toconvince, to make sure or certain, to
ensure, to secure) artinya
menyakinkan orang, ,mengusahakan sebaik-baiknya, mengamakan atau menjaga.
Berikut adalah beberapa definisiQuality Assurance:
1. Dr.
Avedis Donabedian mendefinisikan QA dari aspek proses pelayanan sebagai
berikut:
a. Menjaga
mutu termasuk kegiatan-kegiatan secara periodik atau kontinyu menggambarkan
keadaan dimana pelayanan disediakan. Pelayanannnya sendiri dimonitor dan hasil
pelayanannya diikuti (jejaknya). Dengan demikian kekurangan-kekurangan itu
ditemukan dan dibuatkan koreksi yang diperlukan, menghasilkan perbaikan
kesehatan dan kesejateraan. QA dalam hal ini adalah proses siklus.
b. QA
adalah semua penataan-penataan dan kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan untuk
menjaga keselamatan, memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan.
2. Dr.
Heather Palmer (Universitas Harvard, 1983) mendefinisikan QA adalah suatu
proses pengukuran mutu, menganalisa kekurangan yang ditemukan dan membuat
kegiatan untuk meningkatkan penampilan yag diikuti dengan pengukuran mutu
kembali untuk menentukan apakah peningkatan telah dicapai. Ia adalah suatu
kegiatan yang sistematik, suatu siklus kegiatan yang mempergunakan standar
pengukuruan.
3. Dr.
Rueles dan Frenk dari Mexico, memberikan definisi QA adalah suatu proses
sistematik untuk menutup gap antara kinerja yang ada dan outcome yang
diharapkan.
4. Lori
Di Prete Brown, Quality Assurance intinya adalah suatu susunan
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk menyusun standar-standar dan untuk
memonitor dan meningkatkan kinerja sehingga pelayanan yang diselenggarakan
sedapat mungkin adalah efektif dan selamat.
5. Dr.
Donald Berwick, menjelaskan bahwa pendekatan QA adalah suatu pendekatan
pengorganisasian secara terintegrasi untuk mengoptimalka kebutuhan pasien dan
harapan pasien dengan manajemen serta staf pada waktu proses peningkatan dan
pelayanan dengan menggunakan teknik kuantitatif dan piranti analisis.
6. JCAH
(Joint Commisio on Accreditation of Hospital), meyatakan bahwa QA adalah suatu
program berlanjut yang disusun secara objekif dan sistematik, memantau dan
menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, menggunakan kesempatan
untuk meningkatkan pelayanan pasien dan memecahkan masalah yang terungkap.
7. Menurut
ISO 8402, QA adalah semua kegiatan sistematik dan direncanakan yang diperlukan
untuk menyediakan kepercayaan yang memadai sehingga produk dan pelayanannya
memuaskan sesuai dengan syarat-syarat mutu.
8. ANSI/
ASQC (A.3-1978) mendefinisikan QA adalah semua
kegiatan yang direncanakan yang diperlukan untuk menyediakan kepercayaan yang
memadai sehingga produk atau pelayanannya memuaskan sesuai dengan kebutuhan.
9. JIZ
Z8101 mendefiniskan QA adalah kegiatan-kegiataan
sistematik yang dilakukan oleh perusahaan/pabrik untuk menjamin sepenuhnya mutu
yang diharapkan oleh konsumen/ pemakai.
10. DR.
K. Ishikawa mengatakan QA dimaksudkan untuk
menjamin mutu dimana konsumen dapat membeli dan menggunakan dengan kepercayaan dan
kepuasan dan masih dapat digunakan untuk jangka panjang.
Berdasarkan
definisi para ahli dapat disimpulkan bahwa Quality Assurance adalah suatu rangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan berdasarkan standar dan prosedur medis yang semestinya agar
mutu pelayanan tetap terjaga, diitinjau dari pandangan pemberi pelayanan
kesehatan maupun kepuasan pasien.
Kalau dilihat dari rangkaian proses
input- proses- output- outcome- impact, dalam pengertian QA lebih mengkhususkan
pada satu segi yaitu yang secara langsung berkaitan dengan proses pemberian
pelayanan medis atau yang diperlukan untuk kegiatan menjaga mutu pelayanan
kesehatan.
B. Prinsip
Quality Assurance (QA)
Dalam menjaga dan meningkatkan mutu serta
menyelesaikan masalah mutu yang timbul melalui pendekatan QA terdapat 4 prinsip utama :
1. Fokus
pada pasien, klien dan pelanggan
Artinya bahwa dalam
perencanaan mutu dan penampilan pelayanan kesehatan mengacu pada pelanggan
eksternal yaitu mereka yang memperoleh manfaat dari pelayanan kesehatan yang
merupakan pelanggan terakhir, yaitu pasien, keluarganya atau teman-temannya.
Juga fokus pada pelanggan internal yaitu teman sejawat di organisasi, anggota
tim, supervisor dan
sebagainya.
2. Fokus
pada sistem dan proses
Artinya mutu pelyanan kesehatan biasanya dinilai output atau outcomenya.
Apabila outcome tidak sesuai harapan, orang akan menilai kurang terhadap
motivasi petugas dan usaha sebagai penyebabnya. Padahal hasil pekerjaan itu
tergantung dari proses pelayanannya. Suatu proses adalah serangkaian seri
langkah-langkah atau tugas yang mengatur orang, metode, dan bahan-bahan
sehingga menjadi produk atau jasa pelayanan. Proses bekerja dalam suatu system
bersama. Masalah mutu, dalam suatu proses sering kali berhubungan dengan suatu
kekurangan dalam satu atau lebih system yang berhubungan atau karena kegagalan
koordinasi-koordinasi dalam proses berhubungan. Apabila prosesnya kurang
bermutu outcomenya juga kurnag bermutu. Peningkatan mutu memerlukan suatu
pemahaman dari proses yang berkaitan dan tingkat penerimaan terhadap variasi.
3. Fokus
pada keputusan berdasar data
Artinya peningkatan proses memerluka informasi tentang bagaimana fungsi
yang dilaksanakan. Daripada membuat asumsi-asumsi tentang apa pendapat klien,
perasaan dan kebutuhan-kebutuhan, lebih baik Tim QA mengumpulkan
informasi-informasi tentang kebutuhan klien dan tingkat kepuasan. Data
diperlukan dalam proses problem solving adalah :
a. Membantu mendeteksi dan menetapkan masalah-masalah
b. Identifikasi akan permasalahan dan proses
kecenderungan atau mudah terjadinya kesalahan
c. Monitor efek dari solusi yang dilaksanakan untuk
menjaga pekerjaan.
4. Fokus
pada partisipasi dan tim kerja
dalam peningkatan mutu
Artinya agar peningkatanamutu berjalan dengan baik, para petugas harus
berpartisiasi aktif dalam kegiatan pembahasan dalam system dan proses
organisasi. Pemberdayaan ppegawai dalam melaksanakan peningkatan mutu mempunyai
2 maksud :
Pertama, dalam pekerjaan sehari-hari seringkali para pelaksana tugas
yang paling tahu, dimana terjadi kekurangan dan langsung melakukan perbaikan
sedapat mungkin sesuai kemampuan.
Kedua, orang akan mau melaksanakan pembahasan apabila mereka merasa
menjadi bagian dan diperlukan dalam solusinya.
C.
Pendekatan Sistem dalam Menjaga Mutu Pelayanan
Kesehatan
Dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dasar (PKD) atau menyelesaikan
masalah-masalah mutu, dengan program QA, dilakukan dengan pendekatan system,
artinya memperhatikan porses manajemen mutu sejak INPUT, PROSES, OUTPUT,
OUTCOME dan IMPACT.
Program QA
adalah menekankan kegiatanannya pada PROSES pelayanan kesehatan yang langsung
berhubungan dengan standar peayanan medis (standar
operating procedure), tanpa mengabaikan INPUT atau IMPACT, karena INPUT dan
IMPACT banyak dipengaruhi berbagai macam factor intern maupun ekstern selain
mutu pelayanan kesehatan.Dan QA tidak harus banyak meningkatkan mutu INPUT
dengan menambah (kuantitas).
D. Proses
Quality Assurance (QA) dalam Pelayanan Kesehatan
Proses QA yang
dikemukan Lori Di Prete Brown (Wijono,
1999) terdapat 10 langkah dalam proses QA yaitu :
1.
Perencanaan
QA
2.
Membuat
pedoman dan menyusun standar-standar
3.
Mengkomunikasikan
standard an spesifikasi
4.
Monitoring mutu
5.
Identifikasi
masalah-masalah dan seleksi peluang-peluang untuk peningkatan
6.
Mendefiniskan
secara operasional permasalahan
7.
Memilih
suatu tim
8.
Menganalisis
dan mempelajari masalah untuk identifikasi akan penyebab masalahnya
9.
Membuat
solusi solusi dan kegiatan-kegiatan untuk peningkatan
10. Melaksanakan dan memngevaluasi upaya peningkatan mutu
Dalam
praktek, QA adalah berupa siklus, proses berulang-ulang yang harus dipakai
fleksibel organisasi sukses untuk suatu program tertentu sebagaimana gambar
siklus QA dibawah:




Gambar 1. Siklus Qyality
Assurance
Kalau
dikelompokkan siklus QA mencakup tiga kelompok kegiatan:
1. Mendesain
mutu/QA: merencanakan, menyususn standar mengkomunikasikan standar.
Langkah-langkah
yang dikerjakan:
Langkah I: menrencanakan QA
Mengembangkan
visi dan strategi kegiatan QA, menetapkan tugas-tugas dan alokasi sumber daya.
Langkah 2: menyusun standar-standar dan spesifikasi
Membuat
pedoman-pedoman dan menyusun standar-standar, menetapkan apa yang dikehendaki
untuk pelayanan kesehatan yang bermutu.
Langkah 3: mengkomunikasikan pedoman-pedoman dan
standar-standar
Menjaga
bhawa siapa yang harus melaksanakan standar-standar, sadar, megerti dan percaya
terhadapnya.
2. Monitoring
mutu/QA
Langkah 4: monitoring mutu
Mengembangkan
indicator dan mengumpulkan data untuk mengukur penampilan dan identifikasi
masalah0masalah yang sedang terjadi atau maslaah yang akan terjadi. Monitoring
adalah pengumpulan dan review data yang membantu menilai apakah norma-norma
program didikuti mutu atau apakah outcome ditingkatkan. Dengan monitor,
indicator-indikator kunci, manajer dan supervisor dapat menetapkan apakah
pelayanan yang diselenggarakan megikuti prakter-praktek yang diuraikan dan
mencapai hasil yang diharapkan. QA melibatkan suatu orientasi proses baru yang
mempunyai implikasi mendalam untuk monitoring termasuk pengumpulan dan
pengolahan datanya. Dan perlu peningkatan kemamuan staf dalam peggunaan data
dalam problem solving dan system pelayanan keseluruhan.
Desain
atau redesain system monitor mmerlukan penjabaran statement tentang mutu yang
diharapkan ke dalam indicator-indikator yang bias diukur, di seluruh tingkat
organisasi.
a.
Seleksi
indicator; tidak perlu memilih indicator-indikator untuk tiap-tiap standar atau
spesifikasi. Jumlah indicator-indikator seharusnya dibatasi pada penilaian
proses-proses kunci dan identifikasi bidang maslah potensial.
b.
Menyusun
nilai ambang batas; menetapakan tingkatan-tingkatan penamilan yang dapat
diterima, seperti diukur oleh indicator, pada tiik tertentu. Tingkatan ini
adalah relative dan dapat disesuaikan keadaan sumber daya untuk memacu kegiatan
ketika indicator yang dimonitor menunjukkan penampilan program yang kurang.
Ambang batas penampilan tidak diperlukan dalam semua kasus-kasus.
c.
Menyeleksi
sumber informasi; banyak organisasi siap dengan data-data yang dikumpulkan.
Sumber informasi yang pertama adalah system informasi yang ada. Sumber informasi
pelayanan kesehatan yang dapat diperoleh pada instalasi rekam medis,
catatan-catatan keluhan, interview dan sebagainya. Data yang dikumpulkan dari
bawah, yang dilah oleh manajemer diatasnya dapat menjadi wahana dialog antara
petugas kesehatan dan manajer, tentang maslaah dan prioritas-prioritas.
d.
Mendesai
sustu system untuk mengumpulkan dan kompilasi data; adaalh penting untuk
menetukan siapa yang mengumulkan dan mengolah data, dan melaporkan atau
menjadikan pada pihak atasan yang memerlukannya untuk pengambilan keputusan
atau mengikuti perkembangan pelayanan kesehatan. Untuk kegiatan ini perlu
kerjasama seluruh lapisan manajemen, dan wialayah dari dasar samapi pusat.
e.
Melaksanakan
kegiatan-kegiatan monitoring; sekai system didesain dan yang bertanggung jawab
ditentukan, pengumpulan dan kompilasi data dapat dikerjakan. Petugas kesehatan
membantu pengumpulan dan penggunaan data.
3. Memecahkan
masalah mutu/QA; menetapkan masalah, identifikasi masalah, analisis masalah dan
melaksanakan solusi
Langkah 5: mengidentifikasi masalah dan meyeksi
peluang untuk pengingkatan
Meningkatkan
mutu peayalanan kesehatan dimulai dengan identifikasi masalah mutu dan mencari
peluang peningkatan.Menguji informasi melalui monitoring rutin, berbicara pada
seseorang, melaksanakan survey khusus dengan maksud untuk identifikasi maslah
yang ada atau mendesak. Kemudian seleksi masalah-masalah yang paling penting
atau proses bermasalah untuk diselesaikan. Manajer-manajer program dapat
mengidentifikasi peluang-peluang peningkatan mutu dengan memonitoring dan
evaluasi kegiatan-kegiatan.
Identifikasi
masalah-masalah dan seleksi
peluang-peluang untuk peningkatan terdiri dari beberapa tahapan:
a.
Identifikasi
maslaah-masalah
b.
Kesepakatan
kriteria
c.
Seleksi
area pekerjaan (target area) untuk peningkatan.
Langkah
6: menetapakan masalah – operasionalisasinya
Tujuan menetapkan maslaah operasional adalah untuk
menyatakan secara jelas masalah yang dimaksudkan.Definisi operasional suatu
masalah atau kekurangan mutu menunjukkan perbedaan, secara spesifik dan dalam
ungkapan yang dapat diamati, antara keadaan peristiwa yang diinginkan dan yang
sedang terjadi sesungguhnya.
Langkah menetapkan masalah, dalam operasionalisasi:
a.
Uraikan
maslah dan bagaimana tahu bahwa itu adalah masalah.
b.
Tetapkan
batasan-batasan apa yang akan dan tidak akan bekerja.
c.
Verifikasi
bahwa dalam pernyataan maslaah “tidak ada ungkapan menyalahkan”, atau “penyebab
masalah”, atau “solusi”.
Langkah
7: memilih tim: identifikasi siapa yang seharusya bekerja
Demikian staf telah erpartisipasi untuk seleksi dan
menetapkan problem, perlu ditetapkan tim kecil untuk mengatasi masalah-masalah
tertentu. Tim ini akan menganalisis maslah, membuat rencana perbaikan,
melaksanakan, dan mengevaluasi usaha-usaha peningkatan. Tim juga mengitung apa
yang diperlukan input sumber daya, kegiatan-kegiatan, dan mafaat-manfaat
penyelesaiaan maslah yang terjadi. Belajar bekerja efektif dalam tim adalah
merupakan tantangan dan merupakan proses terus-menerus.
Memilih tim:
a.
Identifikasi
mereka yang terlibat
b.
Menuyususn
tim
c.
Membuat
prosedur kerja tim
Langkah
8: analisis masalah dan identifikasi penyebab masalah
Menganalisa dan mempelajari maslah untuk identifikasi
penyebab masalah mengumpulkan dan analisis data untuk memahami maslah aslinya
dan prinsipnya dan identifikasi akar penyebab masalahnya.Ini adalah tahap di
mana tim atau individu akan memahami lebih banyak tentang maslah atau
kekurangan mutu. Analisi dan studi maslah untuk identifikasi penyebab maslah
utama, meliputi dan difokuskan pada:
a.
Statemen
maslah dan kalisifikasi masalah
b.
Memahami
proses sekitar permaslahan
c.
Membuat
hipotesa tentang penyebab masalah
d.
Test
hipotesa dan menetapkan penyebab utama
Langkah
9: membuat solusi-solusi dan kegiatan-kegiatan untuk peningkatan mutu
Membuat solusi dan kegiatan-kegiatan untuk peningkatan
mutu, membangkitkan suatu daftar keinginan solusi, memilih satu atau lebih yang
langsung kepada penyebab utama permaslahan dan mendesai solusi dalam praktek
yang memungkinkan sebagian besar tim atau indivisu adalah berhasrat sekali
sampai pada tahap ini: solusi. Timadalah alasan seuruhnya bagi upaya
peningkatan mutu untuk membuat sesuatu yang lebih baik.Sasaran dari langkah ini
adalah untuk membuat suatu solusi yang memecahkan masalah.
Langkah membuat
solusi dkegiatan peningkatan mutu:
a.
Memilih
dan mendesain semua solusi
b.
Daftar
semua solusi potensial
c.
Seleksi
kriteria untuk menetapkan solusi terbaik
d.
Memilih
solusi untuk pelaksanaan menyelesaikan maslah/peningkatan mutu.
e.
Ungkapan
solusi secar praktis dan mudah dilaksanakan
Langkah
10: melaksnakan mengevaluasi upaya-upaya peningatan mutu
Melaksanakan dan mengevaluasi upaya peningkatan mutu:
merencanakan pelaksanaan solusi (siapa, apa, di mana, kapan, bagaimana),
memutuskan test-tes dan menetapkan bagaimaan mengembangkan pelaksanaan,
modifikasi solusi untuk membuat lebih efektif atau meninggalkan sousi dalam
keadaan lain. Langkah final ini, biasanya dikenal dengan PDCA (siklus Deming,
Sklus Shewart) : Plan Do, Check, Action. Ia didesain untuk menjaga bahwa solusi
dilaksanakan dengan tepat. Langkah akhir ini nterdiri dari empat kegiatan
utama:
a.
Merencanakan
pelaksanaan solusi (Plan)
b.
Melaksanakan
solusi (Do)
c.
Mengikuti
pelaksanaan solusi dan hasilnya (Cehck)
d.
Membuat
keputusan bilamana pelaksanaannya diperluas, dimodifikasi solusinya atau
memilih solusi lainnya untuk ditest (Action)
E. Aplikasi
Kegiatan Quality Assurance (QA) di
Rumah Sakit
1.
Topic-topik
QA yang dapat dilakukan di rumah sakit.
a.
Tindakan
pelayanan medis secara umumnya
b.
Kegiatan-kegiatan
pre dan pasca operatif
c.
Kebijaksanaan
terapi, termasuk terapi antibiotika.
d.
Reaksi
transfuse darah.
e.
Pelayanan
laboratorium.
f.
Pelayanan
radiologi.
g.
Koordinasi
pelayanan gawat darurat.
h.
Perawatan
luka baring.
i.
Perawatan
luka bakar.
j.
Pertolongan
partus.
k.
Pengendalian
infeksi nosocomial.
l.
Pengendalian
suntikan jarum infus.
m.
Kebersihan
dan sterilisasai, dan sebagaianya.
2.
Kegiatan-kegiatan
untuk mendukung penyelenggaraan QA pelayanan kesehatan di rumah sakit.
a.
Pendidikan
dan pelatihan medis berkelanjutan.
b.
Peltihan
metode statistic, pemecahan masalah dan pengambbilan keputusan.
c.
Peeriview.
d.
Audit
medis.
e.
Manajemen
mutu pelayanan kesehatan.
f.
Standarrisasi
pelayanan medis.
g.
Indicator-indikator
klinik.
h.
Akreditasi.
i.
Sertifikasi.
j.
Masyarakat
ilmiah atau asosiasi kedokteran.
k.
Symposium,
seminar, lokakarya, meeting ilmu kedokteran.
3.
Pelaksanaan
fungsi pengorganisasian QA di rumah sakit.
a.
Lini
depan: pelayanan langsung sehari-hari:
1)
Penerimaan
dan transfer pasien (triase).
2)
Rekam
medis atau pencatatan pelaporan.
3)
Pelayanan
klinik/tindakan medis dan keperawatan.
4)
Pelayanan
laboratorium.
5)
Pelayanan
radiologi.
6)
Pelayanan
transfuse darah.
7)
Kebersihan
dan sterilisasi ruangan.
8)
Gugus
kendali mutu, dan sebagainya.
b.
Lini
tengah: pelayanan tidak langsung/periode:
1)
Pengendalian
infeksi (termasuk penyakit nosokomial)
2)
Peereview
3)
Surgical
review
4)
Tissue
review
5)
Medical
record review
6)
Black
tranfussion review
7)
Drug
usage review
8)
Case
study
9)
Death
case study
10) Audit commitee
11) Drug commitee
12) Accidence commitee
13) Autopsy meeting
14) Medical commitee
c.
Lini
belakang: pengarahan dan koordinasi QA:
1)
Kebijaksanaan
manajemen mutu rumah sakit
2)
Koordinasi
pelayanan mutu bersama komite medic, standarisasi prosedur pelayanan,
akreditasi.
3)
Pendidikan
dan pelatihan umum.
4)
Penanganan
keluhan, klien, dan kepuasan pasien.
5)
Kegiatan
lintas fungsional.
6)
Proyek
peningkatan mutu pelayanan yang diperlukan.
7)
Monitoring
dan evaluasi pelayanan mutu.
4.
Model
pelayanan rumah sakit
Manajemen rumah sakit sesugguhnya bersifat kompleks.Tidak hanya
menyangkut manajemen pelayanan medic, pelayanan keperawatan, namun juga
menyangkut manajemen perhotelan, pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi,
manajemen personalia, manajemen perlengkapan, tranportasi dan manajemen
pelayanan umum lainnya.
Dalam upaya menigkatkan mutu pelayanan mutu pelayanan rumah sakit,
khususnya yang menyangkut proses pelayanan dapat digambarkan dalam model
pelayanan rumah sakit pada gambar berikut:
![]() |
Gambar 2. Model Pelayanan Rumah Sakit
II. Total Quality Management
(TQM)
A. Pengertian
TQM
TQM adalah
mendekatan untuk meningkatkan daya saing, efektivitas dan fleksibilitas
organisasi secara keseluruhan (Oacklan, 2000).TQM merupakan pendekatan
manajemen untuk memadukan upaya-upaya pengembangan mutu, pemeliharaan mutu, dan
peningkatan mutu dari berbagai kelompok dalam organisasi untuk mengasilkan
produk yang ekonomis serta terpenuhinya kepuasan konsumen.
Pada konsep TQM ini sudah melibatkan semua jajaran
organisasi dan seluruh anggota organisasi, serta lebih menekankan pada
terlibatnya unsur-unsur manajer mulai dari atas (top manager) sampai manajer
paling bawah (lower manager). Terdapat tiga kata kunci dalam manajemen mutu
terpadu (TQM) yaitu:
1.
Terpadu
(Total), berarti mutu menjadi bagian integral dari setiap fase atau proses
dalam organisasi, dengan tumbunhnya saling keterkaitan dan ketergantungan satu
sama lain.
2.
Mutu
(quality)yaitu inti dari TQM. Apabila kita mengadopsi TQM, maka mutu didasarkan
kepada kebutuhan pelanggan, bukan atas ukuran atau parameter dari suatu produk.
Mutu dirancang ke dalam produk dari proses, mutu mengalir dati proses, dan
membudaya dalam organisasi. Mutu bukan hasil dari pengawasan atau perbaikan
kesalahan.
3.
Management
adalah bagian yang penting skali dalam konsep TQM, oleh karean itu dorongan
untuk TQM harus dating dari unsur pimpinan puncak
TQM adalah
peningkatan kinerja yang terus-menerus dari individu, kelompok dan organisasi.
Jadi, TQM merupakan suatu proses manajemen dengan pendekatan perilaku atau
budaya organisasi yang berorientasi pada peningkatan mutu terus-menerus dan
kepuasan pelanggan, dengan dukungan komitemen pimpinan, kebersamaan karyawan
serta secara lintas fungsional, menyeluruh, terpadu dengan pendekatan system,
dan didasari metode ilmiah dalam pemecahan masalah serta pengambilan keputusan.
B. Prinsip
TQM
TQM adalah peningkatan kinerja yang terus menerus
dari individu, kelompok dan organisasi, Dalam pelaksanaan TQM, dikenal beberapa prinsip dasar
yang harus dilaksanakan oleh management, yaitu:
1.
Fokus Pelanggan (Customer Focus)
Mutu didasarkan pada
suatu konsep bahwa setiap orang dalam organisasi memiliki pelanggan yang
memerlukan pemenuhan kebutuhna dan harapan secara keseluruhan. oleh karena itu
perlu pendataan dan analaisis kebutuhan dan harapa pelanggan sehingga dapat memusatkan perhatian pada upaya untuk memuaskan
pelanggan (delight the
customer) dengan memenuhi kebutuhan dan melebihi harapan pelanggan.
Aktivitas yang dilakukan meliputi:
a)
Identifikasi pelanggan tentang who dan what are customer want adn expectation
b)
Lakukan how untuk memenuhi
kebutuhan, keinginan dan harapannya
2.
Melakukan
perbaikan proses secara berkelanjutan (process improvement)
Konsep peningkatan mutu
yang terus menerus dibangun atas premis bahwa pekerjaan merupakan hasil
serangkaian proses (aktivitas) yang
menghasilkan suatu manfaat (output/outcome). Tujuan perbaikan terus menerus
pada setiap proses sebuah aktivitas akan mereduksi adanya penyimpangan mutu,
sehingga dihasilkan mutu yang reliable (menghasilkan hasil pada setiap proses
yang sama) Perbaikan proses ini
dilakukan dalam jangka
panjang dan dalam seluruh proses dan output organisasi
sebagai salah satu dasar komitmen dalam pemberian pelayanan prima tanpa cacat
dan selalu dapat memuaskan pelanggan.
3.
Mengambil
langkah-langkah untuk melibatkan seluruh karyawan (Total Involvement)
Pendekatan ini dimulai
dengan kepemimpinan proaktif dari para manajer senior dan pemberdayaan seluruh
staf untuk merebut keunggulan bersaing (competitive
advantges). semua orang dalam organisasi terlibat dalam peningkatan proses
layanan dan memuaskan pelanggan. dalam TQM memerlukan keterampilan baik
kepemimpinan dan manajemen. manajemen memfokuskan pada hasil yang dicapai
melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, koordinasi dan pengendalian.
Sedangkan kepemimpinan memfokuskan perbaikan visi, komitmen (align), pemberdayaan, pendmapingan (coach) dan pemeliharaan (care).
Keterlibatan total
terjadi bila dukungan manajemen baik berupaperbaikan sistem imbalan, gaji dan
upah, pemberdayaan staf yang mana semua hal tersebut dapat memberikan motivasi
dan pelayanan yang berorientasi pelanggan (customer
oriented). staf yang telah
diberdayakan dan termotivasi akan memberikan pelayanan prima dan akhirnya
membangun loyalitas pelanggan.
Melaksanakan fungsi manajemen
selalu didasarkan adanya data dan informasi yang tepat dan akurat.
Menurut pakar
mutu “Deming” dalam pelaksanaan TQM
terdapat 14 butir kewajiban, yaitu :
1.
Peningkatan
produk dan jasa merupakan tujuan yang secara terus-menerus hendak dicapai. Mutu
bukan tujuan sementara dan untuk meningkatkannya perlu kesepakatan manajemen.
2.
Menerapkan
filosofi yang sepakat terhadap mutu.
3.
Mengurangi
ketergantungan pada pengawasan karena penekanan disini adalah pada peningkatan
proses.
4.
Hentikan
pendapat bahwa “harga membawa nama”.
5.
Peningkatan
terus-menerus pada system pelayanan dan system produksi.
6.
Pendidikan
dan pelatihan bagi karyawan.
7.
Kepemimpinan
yang sepakat terhadap mutu menjadi katalisator proses perubahan, yaitu sebagai
katalisator bagi karyawan dalam membangkitkan motivasi dan kebanggaan karyawan
terhadap hasil sebagai katalisator bagi karyawan dalam membangkitkan motivasi
dan kebanggaan karyawan terhadap hasil kerja mereka.
8.
Hilangkan
rasa takut dalam iklim kerja.
9.
Hilangkan
barrier/hambatan antara unit kerja.
10. Batasi penggunaan slogan.
11. Kurangi penekanan angka pada pencapaian target.
12. Hilangkan hambatan terhadap kepuasan/kebanggan kerja.
13. Rencanakan dan laksanakan program pendidikan dan
pelatihan yang membangun.
14. Lakukan sesuatu untuk mencapai proses perubahan
Manajemen mutu
menurut juran, dilaksanakan dengan menggunakan 3 proses manajerial yang lebih
dikenal dengan “trilogy Juran”, yaitu :
1.
Perencanaan
mutu (quality planning), merupakan kegiatan pengembangan produk dan proses yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kegiatan ini merupakan suatu
rangkaian langka universal yang terdiri atas :
a.
Mengidentifikasi
pelanggan
b.
Menentukan
kebutuhan pelanggan
c.
Mengembangkan
ciri atau karakterristik produk atau jasa yang memenuhi harapan pelanggan
d.
Menetapkan
tujuan mutu
e.
Mengembangkan
proses untuk mencapai tujuan
f.
Meningkatkan
kapabilitas proses
2. Pengendalian mutu (quality control), yaitu proses
pengawasan yang dilakukan oleh karyawan itu sendiri dalam menjalankan proses
kegiatan untuk mencapai tujuan produk/jasa pelayanan yang sesuai dengan standar
yang ditetapkan
3.
Peningkatan
mutu (quality improvement), yaitu sarana untuk meningkatkan produk/jasa yang
dapat bersaing di pasar dengan mengurangi tingkat kesalahan pada mutu
produk/jasa. Langkah kegiatannya antara lain membangun infra struktur yng
diperlukan untuk menjamin upaya peningkatan mutu.
C. Pokok
Pemikiran TQM
Schmidt dan
Finning (1992) mengemukakan bahwa pondasi atau akar penunjang TQM, termasuk:
1.
Manajemen
ilmiah: suatu cara terbaik untuk mengerjakan suatu pekerjaan.
2.
Dinamika
kelompok: memperoleh dan mengorganisasikan kekuatan dari penagalaman kelompok.
3.
Pelatihan
dan pengembangan: investasi modal sumber
daya manusia.
4.
Pencapaian
motivasi: orang memperoleh kepusanan dari prestasinya.
5.
System
sosiotonik: organisasi beroperasi sebagai system terbuka.
6.
Budaya
organisasi: kepercayaan, mitos, dan nilai-nilai yang menuntun perilaku manusia
dalam organisasi.
7.
Pengembangan
organisasi: membantu organisasi dalam belajar dan perubahan.
8.
Teori
kepemiminan baru: inspirasi dan memberdayakan dalam kegiatan-kegiatan.
9.
Konsep
“rangkaian peniti” (the Linking Pin Concept) dari
organisasi, konsep yang menekankan hubungan pertalian: menciptakan
crossfuntional team.
10. Rencana strategis: menentukan di mana menempatkan
organisasi dan bagaimana mencapai tujuan.
System
pengendalian dalam TQM merupakan proses yang berlangsung terus-menerus dan
berulang-ulang untuk mencapai kualitas dan produktivitas yang tinggi disbanding
sebelumnya. Proses pengendalian dalam TQM meliputi tahap yang berulang dan
setiap pengulangan dari proses ini, akan memberikan peningkatan kualitas maupun
kuantitas, merupakan suatu siklus atau daur yang disebut dengan siklus P-D-C-A
(Plan-Do-Check-Action) atau siklus
Deming.
Proses
siklus P-D-C-A tidak hanya suatu proses yang berlangsung terus-menerus, namun
juga merupakan system yang berhubugan dan saling membutuhkan secara
berinteraksi antara unit-unit kerja dan mekanisme organisasi secara harmonis.
Model Siklus P-D-C-A dapat diuraikan pada gambar berikut:
![]() |
Gambar 3. Model Siklus PDCA dalam memecahkan masalah
dan solusi perbaikan/peningkatan mutu
III. Continous
Quality Improvemen (CQI)
A. Pengertian
CQI pada
dasarnya tidak banyak berbeda dengan konsep penjaminan mutu.Konsep ini lebih
menekenkan pada pendekatan analitik dan secara berkesinambungan melaksanakan
peningkatan mutu untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada dalam pelayanan.
Konsep ini lebih mengutamakan penggunaan piranti statistic dalam organisasi
yang digunakan untuk menganalisis hasil produksi dan peningkatan proses
pelayanan.
Dengan mengenal
dan memahami proses secara luas, akan dapat menjamin tercapainya hasii
statistic dalam organisasi yang digunakan untuk menganalisis hasil produksi dan
peningkatan proses pelayanan.Dengan mengenal dan memahami proses secara luas,
akan dapat menjamin tercapainya hasil kerja (outcome) yang lebih baik.
Peningkatan mutu secara berkelanjutan dalam suatu organisasi membutuhkan
partisipasi individu/kelompok dalam menganalisis dan meningkatkan proses
pelayanan, dan sekaligus merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
suatu organisasi.
CQI biasanya terdiri atas unsur yang dapat dibagi
dalam tiga kategori :
1. Unsur
filosofi (filsafat, keyakinan)
a. Fokus
pada pelanggan : penekanan pada kepuasan pelanggan (pasien, petugas atau provider
dan yang membiayai) dan hasil (outcome) kesehatan sebagai ukuran penampilan
b. Wawasan
sistem: penekanan pada analisis dari seluruh sistem yang menyelenggarakan
pelayanan atau yang mempengaruhi outcome
c. Analisis
data yang berkaitan : penekanan pada pengumpulna dan penggunaan dari data yang
objektif pada operasi sistem dan penampilan sistem dan penyebab-penyebab
mendasar, mencari penyebab-penyebab yang mendasar dari suatu fenomena.
d. Keterlibatan
semua secara lintas fungsional : penekanan pada keterlibatan seluruh komponen,
mencari pengertian bersama dalam proses pelayanan, tenaga medis, paramedis, non
medis dan manajemen.
e. Identifikasi
solusi dan perbaikan berkelanjutan : mencari solusi untuk peningkatan mutu
penampilan dan melakukan peningkatan berkelanjutan, terus menerus melakukan
analisis sistem, meski telah diperoleh solusi untuk kepuasan pelanggan.
f. Optimasi
proses peningkatan : optimasi dalam proses penghantaran pada kebutuhan
pelanggan internal maupun eksternal
2. Unsur
struktural, pengorganisasian
Elemen struktural menggambarkan
operasionalisasi CQI yaitu:
a. komitmen
manajemen puncak terhadap CQI – dukungan pelaksanaan CQI di segala lapisan
manajemen
b. tim
perbaikan proses – penekanan pada pembentukan dan pemberdayaan tim pegawai agar
sesuai dengan problema dan peluang yang ada.
c. metode
statistik – penggunaan tujuh alah/metode statistik seperti flowcharts, diagram
sebab-akibat, check sheets, histogram, diagram pareto, control charts dan
analisis korelasi.
d. pengukuran
kepuasan pelanggan: memonitor diberbagai tingkatan organisasi
e. pemanfaatan
benchmarking – untuk memeperoleh kemajuan dengan membandingkan diri dengan yang
terbaik atau memakai target penampilan.
3. Unsur
spesifik profesi kesehatan
Organisasi
pelayanan kesehatan sudah mempunyai tradisi sendiri sejak awal pembentukannya
berabad-abad yang lalu. Pada awalnya berupa kegiatan sosial menyantuni orang
sakit yang dikelola oleh para pendeta, ulama atau biarawam. Selanjutnya dokter
menjadi pusat kegiatan. Kemudian berkembang dengan adanya asuransi kesehatan
dan akhirnya terjadi pergeseran dari sosial oriented ke komersial oriented atau
kepuasan pelanggan. kesemuanya terikat dengan moral-kode etik dan pengabdiannya
kepada kemanusiaan.
IV. Persamaan
QA, TQM dan CQI
Persamaan antara QA, TQM dan CQI
adalah tools/ pendekatana yang digunakan untuk menilai. mempertahankan dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
kepada pelanggan pelayanan. Pada
dasarnya QA, TQM dan CQI berupaya untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayan
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan serta berorientasi pada kepuasan pelanggan sehingga
secara tidak langsung dapatmembentuk kepercayaan dan loyalitas pelanggan baik
internal maupun eksternal.Tingkat ini merupakan factor kunci terjadinya citra
positif rumah sakit dalam benak pelanggan. Citra akan terbentuk bila dalam
pelayanan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan, keinginan dan harapan pasien. QA,
TQM dan CQI adalah suatu perkembangan jaminan mutu layanan kesehatan. Ketika
rumah sakit sudah mahir melaksanakan berbagai cara jaminan mutu (QA) layanan kesehatan,
rumah sakit kemudian menerapkan pendekatan manajemem mutu terpadu (TQM) untuk
meningkatkan mutu layanan kesehatan rumah sakit melalui proses perbaikan secara
terus menerus (CQI). Selain itu persamaan diantara ketiga tools ini adalah
fokus pada pelanggan yang diberikan pelayanan. walaupun cakupan “pelanggan”
pada TQM dan CQI tidak hanya pasien namun pasien, keluarga pasien, karyawan RS
dan manajemen yang berkaitan dengan proses pelayanan di RS.
Khusus
untuk TQM dan CQI memiliki pengertian dan maksud yang sama. Djoko Wijono (1999)
memberikan sebutan untuk keduanya adalah manajemen mutu paripurna (MMP) yaitu “suatu proses manajemen dengan pendekatan
perilaku atau budaya organisasai yang beroirientasi pada peningkatan mutu terus
menerus dan kepuasan pelanggan, dengan dukungan komitmen pimpinan, kebersamaan
karyawan serta secara lintas fungsional, menyeluruh, terpadu dengan pendekatan
sistem, dan didasari meotde ilmiah dalam pemecahan masalah serta pengambilan
keputusan”.
·
Bersama artinya seluruh petugas atau
pegawai dari pimpinan puncak sampai bawahan, berperan serta.
·
Menyeluruh artinya meliputi semua usaha
preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif.
·
Terpadu artinya kegiatan unit-unit atau
bagian-bagian tidak terpisahkan dari sejak perencanaan mutu (quality planning),
pelaksanaan pekerjaan yang bermutu (jaga mutu) dan pengendalian mutu (quality
control).
·
memperoleh hasil yang bermutu artinya
diperoleh kepuasan, tidak saja bagi petugas namum khususnya bagi pelanggan atau
penguna, bahkan kepuasan bagi pemilik seta berwawasan lingkungan.
Walaupun
TQM dan CQI mempunyai banyak nama, namum meliputi beberapa karakter yang sama
yaitu suatu dewan yang dibentuk oleh manajer puncak intensifikasi program
pelatihan untuk pegawai, mekanisme untuk seleksi, peluang-peluang perbaikan,
formasi tim-tim proses perbaikan, dukungan staf untuk analisis proses dan
redesain dan kebijaksanaan kepegawaian yang memotivasi dan mendukung
partisipasi staf dalam proses perbaikan.
selain
itu pada strategi TQm dan CQI yang pmenekankan pada tiga hal yaitu menyesuaikan
permintaan mutu yang memuaskan,
perkembangan dan proses perbaikan yang sesungguhnya. Terdapat beberapa ciri
yang sama antara TQM dan CQI yaitu:
1. memberdayakan
tenaga medis (klinis) dan manajemen untuk menganalisa dan memperbaiki proses.
2. adopsi
norma mengacu pada mutu kepuasan pelanggan adalah suatu hal yang utama dalam
mutu dan dimaksud pelanggan termasuk dua hal, pasien dan petugas kesehatan
(provider) dalam proses tersebut.
3. pengembangan
pendekatan lintas fungsional (cross functional approach) multi disipliner di
lingkup bagian-bagian atau departemen-departemen dan lingkup profesi.
4. mengadakan
motivasi untuk secara rational berdasar data dan fakta dalam proses analisis
dan perubahan, dengan pendekatan metodologi statistik.
V. Perbedaan
QA, TQM dan CQI
A.
Perbedaan
antara QA dan TQM
1. Pandangan tentang mutu
berdasarkan pendekatan QA adalah masalah mutu dapat dicegah dan diselesaikan
secara proaktif. sedangkan menurut TQM mutu adalah indikator keunggulan
bersaing.
2. Perhatian utama
dari QA adalah koordinasi sedangkan pada TQM adalah dampak strategis.
3. Penekanan utama
QA adalah pada efisiensi rantai produksi (disain, proses dan mutu output)
sedangkan pada TQM ditekankan pada pemenuhan kebutuhan dan harapan besar
pelanggan (customer statisfaction).
4. Metode yang digunakan
dalam QA adalah monitoring, evaluating, dan correcting rantai produksi.
sedangkan pada TQM metode yang digunakan adalah audit pasar berupa respon pasar
dari kemampulabaan organisasi.
5. Peran karyawan
pada QA (peran profesi) sangat menentukan (komunikasi interaktif jasa).
sedangkan pada TQM peran manajemen puncak sangat menentukan terkait pelaksanaan
visi, startegi dan kebijakan terkait mutu).
6. Tanggung jawab mutu pada
QA ada pada bisnis unit organisasi sedangkan pada TQM, tanggung jawab mutu pada
manajemen puncak.
7. Orientasi dan pendekatan QA
adalah tentang konsep “mengelola mutu”. sedangkan orientasi dan pendekatan pada
TQM adalah tentang konsep “membangun/mengembangkan mutu”.
B.
Perbedaan
antara QA dan CQI
1. Tujuan dari QA
adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan pasien dan meningkatkan status kesehatan
masyarakat, goverment auditors dan sebagai regulator (pengatur). sedangkan tujuan dari TQM adalah untuk
meningkatkan kualitas semua layanan dan produk untuk pasien dan pelanggan lain
(masyarakat), layanan yang unggul, dan bersaing secara efektif untuk memuaskan
pelanggan.
2. Cakupan (scope)
dari QA adalah terkait retrospektif proses klinis dan outcome, tindakan diarahkan
untuk belajar, memilih departemen dan fungsinya dan kualitas adalah aktivitas
yang berbeda. Sedangkan cakupan (scope) TQM adalah terkait pada
keseluruhan prospektif sistem dan proses klinik maupun non klinik, tindakan
diarahkan pada proses perbaikan, organisasi luas dan pada seluruh fungsi, serta
kualitas adalah kegiatan yang terintegrasi.
3. Hal kepemimpinan pada QA, manajer
dan kepala klinik yang melakukan perencanaan, reaktif dan hirarki dari top-
down. Sedangkan hal kepemimpinan pada
TQM untuk seluruh kepala klinik maupun non klinik dalam organisasi sebagai
perencana, proaktif, hirarki secara bottom up
4. Sasaran dari QA
adalah sebagai pemecahan masalah dan identifikasi individu yang hasilnya diluar
standar yang ditetapkan serta menunjukkan sebab khusus. Sedangan pada TQM
sasarannya adalah perbaikan berkelanjutan hingga tidak ditemukan lagi
masalah, menemukan kedua penyebab umum dan khusus dengan lebih memperhatian
penyebab umum berdasarkan masyarakat, klinik dan populasi
5. Fokus QA
adalah pada menjawab pertanyaan “who”, penilaian vertikal difokuskan pada unit atau
proses klinis, uncaptable few
(diberikan pendidikan atau dikeluarkan) pada yang tidak memenuhi standar,
inspeksi dan perbaikan, fokus pada memenuhi kriteria klinis, fokus pada
pemecahan masalah dan orientasi hasil.
Sedangkan fokus TQM adalah
pada menjawab pertanyaan “why”,
penilaian horisontal untuk meningkatkan semua proses dan orang-orang yang
mempengaruhi hasil, meingkatkan kinerja semua orang, pencegahan dan desain
untuk meningkatkan proses maka fokus inspeksi pada proses, fokus pada proses peningkatan dan orientasi
proses dan hasil.
6. Pelanggan dan persyaratan pada QA adalah
pelanggan profesional dan review organisasi bahwa fokus pada pasien, tindakan
dan standar yang ditentukan hanya perawatan kesehatan yang profesional.
sedangkan pelanggan dan persyaratan pada
TQM adalah pelanggan adalah pasien, profesional, review organisasi dan
lainnya (semua orang), tidak ada standar tetap jangka panjang karena terus
meningkatkan standar yang ditentukan
oleh pelanggan dan para profesional.
7. Kemajuan
dalam QA digunakan chart audit sedangkan dalam TQM menggunakan indikator
monitoring dan penggunaan data.
8. metode/
tools yang digunakan dalam QA adalah nominal group technique, hypotesis testing,
indicator measurement. Sedangkan metode/tools
yang digunakan TQM adalah Brainstorming,
Nominal group technique, force-field
analysis, mentoring, flowchart, checklist, histogram/ pareto chart, fishbone diagram, run/control charts, dan
stratification.
C.
Perbedaan
TQM dan CQI
Sebenarnya
antara TQM dan CQI tidak dapat dibedakan. hal ini karena CQI adalah bentuk
penerpan TQM di bidang pelayanan kesehatan. Curtis P. McLoughlin dan Arnold D
Kaluzny sedikit membedakannya, untuk TQM dimaksudkan terutama pada program yang
berbasis industri. sedangkan CQI mengacu pada penataan klinis (clinical setting).
QA lebih tertuju
kepada terjaminnya mutu pelayanan kesehatan secara berkesinambungan berdasarkan
standar yang telah ditetapkan. Konsep QA lebih menekankan pada pentingnya
proses pelayanan kesehatan yang dilaksanakan agar betul-betul sesuai dengan
standar yang ada. Upaya utamanya adalah mencegah terjadinya pelayanan kesehatan
yang tidak memenuhi standar. Penjaminan mutu produk secara terus-menerus atau
secara berkesinambungan dapat dilakukan anatara lain dengan menerapkan system
mutu dalam pengelolaan organisasi secara baik. Organisasi yang menerapkan
system mutu dalam pengelolaannya akan seslalu berupaya menghasilkan produk jasa
yang sesuai atau melebihi standar, serta berfokus pada kepuasan pelanggan, baik
pelanggan internal (staf) maupun pelanggan eksternal.
TQM merupakan
pendekatan manajemen untuk memadukan upaya-upaya pengembangan mutu,
pemeliharaan mutu, dan penigkatan mutu dari berbagai kelompok dalam organisasi
untuk menghasilkan produk yang ekonomis serta terpenuhinya kepuasan
konsumen.Pada konsep TQM ini sudah melibatkan semua jajaran organisasi dan
seluruh anggota organisasi, serta lebih menekankan pada terlibatnya unsur-unsur
manajer mulai dari atas (top manager) sampai manajer paling bawah (lower
manager).
CQI pada
dasarnya tidak banyak perbeda dengan konsep penjaminan mutu.Konsep ini lebih
menekenkan pada pendekatan analitik dan secara berkesinambungan melaksanakan
peningkatan mutu untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada dalam pelayanan.
Konsep ini lebih mengutamakan penggunaan piranti statistic dalam organisasi
yang digunakan untuk menganalisis hasil produksi dan peningkatan proses
pelayanan. Dengan mengenal dan memahami proses secara luas, akan dapat menjamin
tercapainya hasii statistic dalam organisasi yang digunakan untuk menganalisis
hasil produksi dan peningkatan proses pelayanan. Dengan mengenal dan memahami
proses secara luas, akan dapat menjamin tercapainya hasil kerja (outcome) yang lebih
baik. Peningkatan mutu secara berkelanjutan dalam suatu organisasi membutuhkan
partisipasi individu/kelompok dalam menganalisis dan meningkatkan proses
pelayanan, dan sekaligus merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
suatu organisasi.
VI. Tools
yang dapat Meningkatkan Mutu Pelayanan di Rumah Sakit
Mutu pelayanan di rumah sakit merupakan bagian proses
untuk mencipktakan atau membentuk kepuasan pasien serta pihak lainnnya. Karena
mutu pelayanan yang baik, akan membuat rumah sakit diminta oleh berbagai pihak
yang berkepentingan (stakeholders).
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan yang
memberikan kepuasan pada pelanggan dapat dilakukan dengan pendekatan TQM yang
prinsip pokoknya secara ringkas adalah:
1.
Berorientasi
dan berfokus pada mutu dan kepuasan pelanggan
2.
Komitmen
pimpinan dan partisipasi menyeluruh (total) semua karyawan serta kerja sama
tim.
3.
Pendekatanilmiah,
pendidikan dan latihan, dan menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan.
4.
Peningkatan
terus-menerus dengan siklus Deming (siklus PDCA).
5.
Perbaikan
system manajemen.
Perangkat
manajemen mutu dalam TQM dibangung oleh:
1.
System
mutu yang baik (good quality system)
2.
Tersedia
tim mutu (quality circle, quality
improvement team, komite medis, tim QA, peer review)
3.
Adanya
piranti mutu yang baik (alat analisis, koreksi dan pengendalian mutu, PDCA)
Dengan
menggunakan pendekatan TQM untuk meningkatkan mutu pelayanan melalui suatu
system manajemen strategic dan integrative yang melibatkan semua manajer dan
serta menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif untuk meningkatkan secara
terus-menerus proses organisasi, agar dapat memenuhi dan melebihi ketentuan,
keinginan pelanggan dan karyawan.
REFERENSI
Al-Assaf,
A.F. 2009.Health Care Quality:Perspektif
Internasional. Jakarta: EGC.
Bustami.2011.
Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan dan
Akseptabilitasnya. Padang: Erlangga.
Chassin, M.
R., Loeb, J. M., Schmaltz, S. P., & Wachter, R. M. 2010.Accountability
Measures-Using Measurement to Promote Quality Improvement.the new England
Journal of Medicine, 683-688.
Kaplan,
Heather C., et all. 2010. The Influence of Context on Quality Improvement
Succes in Health Care: A Systematic Review of the Literature. The Milbank Quarterly, 500-559.
Mainz, Jan.
2003. Methodology Matters: Defining and Classifyng Clinical Indicators for
Quality Improvent. International Journal
for Quality in Health Care, 523-530.
Muninjaya,
A.A. Gde. 2004. Manajemen Kesehatan Edisi
2. Jakarta : EGC
Pohan,
Imbalo S. 2007. Jaminan Mutu Pelayanan
Kesehatan: Dasar-Dasar Pengertian dan Penerapan. Jakarta: EGC.
Sabarguna,
Boy S. 2009. Buku Pegangan Mahasiswa
Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: Sagung Seto.
Secanel,
Mariona., et all. 2014. Deeping Our Undertanding of Quality Improvement in
Europe (DUQuE): Oveview of a Study of Hospital Quality Managemen in Seven
Countries. International Journal for
Quality Health Care, 5-15.
Supriyanto,
S., Wulandari, Ratna D. 2010.Manajemen Mutu
Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Health Advokasi.
Taylor,
Michael J., McNicholas, Chirs., Nicolay, Chris., Darzi, Ara., Bell, Derek.,
Reed, Julie E. 2014. Systematic Review of the Application of then
Plan-Do-Study-Act Method to Improve Quality in Healthcare.BMJ Quality Safety, 290-298.
The
National Learning Consotium (NLC). 2013. Continuous
Quality Improvent (CQI) Strategies to Optimize your Practice. Amerika: Advancing
America’s Health Care.
Wagner., et
all. 2014. Developmetn and Validiion of an Index to Assess Hospital Quality
Management Systems. International Journal
for Quality Health Care, 16-26.
Wijono,
Djoko. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan
Kesehan. Teori, Srategi dan Aplikasi Vol1.Surabaya: Airlangga University
Press.
Komentar
Posting Komentar