Konsep Pemasaran Rumah Sakit
IMPLEMENTASI KONSEP PEMASARAN
DI RUMAH SAKIT

OLEH:
FEBRIANY ANGRAENI
PUTRI
P1806215023
KONSENTRASI MANANJEMEN
RUMAH SAKIT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Implementasi
Konsep Pemasaran di Rumah Sakit”. Semoga dengan kesederhanaan makalah ini
dapat diambil manfaat sebagai bahan referensi bagi para pembaca yang budiman.
Penyusunan makalah bertujuan untuk menjabarkan
konsep pemasaran di rumah sakit dan bagaimana proses pemasaran tersebut
diterapkan dengana karakteristik organisasi seperti rumah sakit. serta makalah
ini dapat memberikan alasan penting pemasaran diterapkan dalam manajemen rumah
sakit. Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu,diharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah
berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan menjadi tugas yang
menambah ilmu pengetahuan penyusun serta pihak lainnya.
Wassalam
Makassar, Juli 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................. 2
DAFTAR
ISI.............................................................................................. 3
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 4
1.2 Tujuan............................................................................................ 5
II. PEMBAHASAN
2.1 Manajemen Pemasaran.................................................................... 6
2.2 Karakteristik Pelayanan RS............................................................ 7
2.3 Konsep Pemasaran di RS................................................................ 12
III. KEGIATAN
PEMASARAN DI RUMAH SAKIT
3.1 Membuat Bidang Kerja Public Realtion......................................... 32
3.2 Melakukan Kegiatan Pemasaran di RS........................................... 34
3.3 Menerapkan Manajemen Pemasaran di RS..................................... 35
IV. PENUTUP
A.
Kesimpulan..................................................................................... 37
B.
Saran............................................................................................... 37
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................... 38
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Rumah
sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang mempunyai peran
penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh rumah sakit bersifat holistik atau menyeluruh mulai dari
pencegahan, penyembuhan hingga pemulihan penyakit. Saat ini rumah sakit telah
mengalami pergeseran tujuan. Mayoritas rumah sakit yang ada di Indonesia sudah
bergeser ke arah profit oriented, yang awalnya rumah sakit didirikan
dengan tujuan sosial dan berhubungan dengan keagamaan tetapi seiring dengan
berjalannya waktu, tujuan rumah sakit tidak hanya pelayanan sosial tetapi juga
mengarah pada tujuan ekonomi bahkan komersial. Hal ini disebabkan karena
masuknya Indonesia ke zaman globalisasi dimana persaingan pasar bebas yang mengharuskan
kita untuk merubah cara pandang terhadap rumah sakit.
Menurut
Taurany (2008), solusi terbaik untuk menghadapi globalisasi adalah dengan
menyiapkan daya saing yang tinggi melalui kepemimpinan yang memicu pada
perubahan dan manajemen yang profesional, manajemen perubahan, peningkatan
manajemen mutu, pengembangan sumber daya manusia, sarana dan teknologi,
peningkatan kepuasan konsumen, peningkatan budaya organisasi, pemasaran yang
efektif dan peningkatan mekanisme dan kegiatan mengantisipasi, memantau dan
menganalisis perubahan-perubahan lingkungan yang dampaknya dapat berupa ancaman
dan berupa peluang.
Berdasarkan
uraian tersebut, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan pemasaran
yang efektif. Rumah sakit yang pada mulanya berorientasi sebagai produsen
produk dan jasa, mulai berorientasi pada pemasaran. Rumah sakit mulai menempatkan
kebutuhan, keinginan dan harapan pasien terhadap produk dan jasa sebagai nilai
pelayanan yang harus dipenuhi. Menurut Kotler (1996), pemasaran merupakan kunci
untuk meraih tujuan organisasi yang lebih efektif dari pada pesaing karena
memadukan kegiatan pemasaran untuk menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan
keinginan sasaran pasar.
Manajemen
pemasaran rumah sakit akan merupakan mata rantai yang penting dalam rangka
keseluruhan pemasaran rumah sakit. Hal ini karena dengan manajemen pemasaran
yang runtut dan konsepsional akan dapat dibuat program pemasaran yang jelas dan
dapat diandalkan untuk menciptakan, membentuk dan mempertahankan pertukaran
yang menguntungkan dengan pembeli sasaran (target bayar) dengan maksud untuk
mencapai tujuan organisasi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk
memahami karakteristik pelayanan rumah sakit
2.
Untuk
memahami penerapan konsep pemasaran di rumah sakit
3.
Untuk
memahami program-program pemasaran yang dapat diterapkan di rumah sakit
II.
PEMBAHASAN
2.1 Manajemen Pemasaran
Pemasaran menurut Kotler (1997) adalah suatu proses sosial dan manajerial
yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang
bernilai kepada pihak lain. Sedangkan Pemasaran Rumah
Sakit adalah suatu upaya rumah sakit menyimak persepsi
masyarakat tentang kebutuhannya sehingga rumah sakit dapat mengetahui
pelayanan-pelayanan apa yang dapat ditawarkannya kepada masyarakat (Hartono,
2010). Manajemen pemasaran menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Philip
Kotler/Armstrong (2002:14), yang diterjemahkan Wilhelmus W. Bakowatun :
Manajemen pemasaran adalah
analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atas program yang
dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang
menguntungkan dengan pembeli sasaran dengan maksud untuk mencapai sasaran
organisasi”
2. Phillip
Kotler dan Keller (2006)
Manajemen pemasaran adalah sebuah
ilmu yang mempelajari tentang cara pemilihan dan memperoleh target pasar,
mempertahankan dan mengembangkan pelanggan dengan menciptakan, menyampaikan,
dan mengkomunikasikan keunggulan suatu nilai kepada pelanggan.
3. Philip
William J. Shultz (dalam buku Prof. Dr. H. Buchari Alma, “Manajemen Pemasaran
dan Pemasaran Jasa”, cetakan-7, 2005, p130):
Manajemen pemasaran adalah
merencanakan, pengarahan, dan pengawasan seluruh kegiatan pemasaran perusahaan
ataupun bagian dari perusahaan.
4. John
W. Mullins :
Marketing
management is the process of analyzing, implementing, coordinating, and controlling
programs, involving the conception, pricing, promotion, and distributions of
products, services and ideas designed to create and maintain beneficial
exchanges with target market for the purpose of achieving organizational
objectives.
5. Peter
R. Dickson :
Marketing
management is the many and variate organizational activities involved in
understanding what consumer want and how they behave.
Dapat saya
simpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah melakukan rangkaian proses untuk
menciptakan suatu nilai guna membantu pencapaian tujuan organisasi atau
perusahaan. Rumah Sakit sebagai salah satu pelayanan kesehatan dituntut untuk
semakin kompetitif memberikan pelayanan bermutu dan mengembangkan diri. Dalam
hal pengembangan rumah sakit, manajemen pemasaran mempunyai peran penting sebab
fungsi pemasaran tidak hanya memasarkan layanan rumah sakit tetapi juga
menjalankan fungsi manajemen meliputi analisis, perencanaan, implementasi dan
pengendalian pemasaran.
Manajemen
pemasaran rumah sakit akan merupakan mata rantai yang penting dalam rangka
keseluruhan pemasaran rumah sakit. Hal ini karena dengan manajemen pemasaran
yang runtut dan konsepsional akan dapat dibuat program pemasaran yang jelas dan
dapat diandalkan untuk menciptakan, membentuk dan mempertahankan pertukaran
yang menguntungkan dengan pembeli sasaran (target bayar) dengan maksud untuk
mencapai tujuan–tujuan organisasi.
2.2 Karakteristik
Pelayanan Rumah Sakit
World Health Organization (WHO)
mendefinisikan Rumah Sakit sebagai sebuah sarana tinggal yang menyediakan
pelayanan medik singkat atau lama, yang meliputi pelayanan pengamatan,
diagnostik, pengobatan dan pemulihan untuk mereka yang menderita penyakit atau
cedera dan untuk yang melahirkan. Rumah sakit dapat menyediakan dan dapat juga
tidak menyediakan pelayanan untuk pasien rawat jalan. Dibandingkan dengan kebutuhan
hidup manusia yang lain, kebutuhan pelayanan kesehatan mempunyai tiga ciri
utama yang terjadi sekaligus dan unik yaitu uncertainty, asymetri of
information dan externality (Evans, 1984).
1. Uncertainty
Uncertainty atau ketidakpastian menunjukkan bahwa kebutuhan akan pelayanan
kesehatan tidak bisa pasti, baik waktu, tempat maupun besarnya biaya yang
dibutuhkan. Dengan ketidakpastian ini sulit bagi seseorang untuk menganggarkan
biaya untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatannya.
Penduduk yang penghasilannya rendah tidak mampu menyisihkan sebagian
penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan yang tidak diketahui datangnya, bahkan
penduduk yang relatif berpendapatan memadai sekalipun seringkali tidak sanggup
memenuhi kecukupan biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan medisnya.
Maka dalam hal ini seseorang yang tidak miskin dapat menjadi miskin atau
bangkrut mana kala ia menderita sakit.
2.
Asymetry of
Information
Sifat kedua asymetry of Information menunjukkan bahwa konsumen
pelayanan kesehatan berada pada posisi yang lemah sedangkan provider (dokter
dan petugas kesehatan lainnya) mengetahui jauh lebih banyak tentang manfaat dan
kualitas pelayann yang dijualnya.
Dalam pelayanan kesehatan, misalnya kasus ekstrim pembedahan, pasien hampir
tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui apakah ia membutuhkan pelayanan
tersebut atau tidak. Kondisi ini sering dikenal dengan consumen ignorence
atau konsumen yang bodoh, jangankan ia mengetahui berapa harga dan berapa
banyak yang diperlukan, mengetahui apakah ia memerlukan tindakan bedah saja
tidak sanggup dilakukan meskipun pasien mungkin seorang profesor sekalipun.
Dapat dibayangkan bahwa jika provider atau penjual memaksimalkan laba dan
tidak mempunyai integritas yang kuat terhadap norma-norma agama dan sosial
sangat mudah terjadi penyalagunaan atau moral hazard yang dapat dilakukan oleh
provider. Asymetry ini memudahkan timbulnya supply induce demand creation
yang menyebabkan keseimbangan pasar tidak bisa tercapai dalam pelayanan
kesehatan. Maka jangan heran jika dalam pelayanan kesehatan supply meningkat
tidak menurunkan harga dan kualitas meningkat, yang menjadi justru sebaliknya
yaitu peningkatan harga dan penurunan kualitas (pemeriksaan yang tidak perlu)..
3.
Externality
Externality menunjukkan bahwa komsumsi pelayanan kesehatan tidak saja
mempengaruhi pembeli tetapi juga bukan pembeli. Contohnya adalah komsumsi rokok
yang mempunyai resiko besar pada bukan perokok, akibat dari ciri ini, pelayanan
kesehatan membutuhkan subsidi dalam berbagai bentuk. Oleh karena pembiayaan
pelayanan kesehatan tidak saja menjadi tanggung jawab diri sendiri, akan tetapi
perlunya digalang tanggung jawa bersama (publik) ( Feldstein (1993).
Djojodibroto (1997) menyatakan bahwa organisasi rumah sakit mempunyai
sejumlah sifat atau karakteristik yang tidak dipunyai organisasi lainnya,
antara lain:
1.
Sebagian besar tenaga kerja rumah sakit adalah tenaga
profesional
2.
Wewenang kepala rumah sakit berbeda dengan wewenang
pimpinan perusahaan
3.
Tugas-tugas kelompok profesional lebih banyak
dibandingkan tugas kelompok manajerial
4.
Beban kerjanya tidak bisa diatur
5.
Jumlah pekerjaan dan sifat pekerjaan di unit kerja
beragam
6.
Hampir semua kegiatannya bersifat penting
7.
Pelayanan rumah sakit sifatnya sangat individualistik.
Setiap pasien harus dipandang sebagai individu yang utuh, aspek fisik, aspek
mental, aspek sosiokultur dan aspek spiritual harus mendapat perhatian penuh
8.
Pelayanan bersifat pribadi, cepat dan tepat
9.
Pelayanan berjalan terus menerus selama 24 jam dalam
sehari.
Yuli (2009) menyatakan karakteristik pelayansn RS meliputi
sebagai berikut:
1. Rumah
Sakit adalah Industri Jasa
Berbeda dengan
industri lainnya, RS merupakan suatu indutri jasa bukan industri barang sebagai
produk pemasaran yang ditawarkan kepada pelanggannya. Karakteristik
dari jasa adalah sebagai berikut:
1) Lebih
bersifat tidak berwujud daripada berwujud (more
intangible than tangible).
Benda dan barang
yang dibeli atau digunakan sehari-hari adalah sebuah obyek, sebuah alat atau
sebuah benda, sedangkan jasa merupakan perbuatan, penampilan atau sebuah usaha.
Bila membeli suatu barang maka barang tersebut diapakai dan ditempatkan pada
suatu tempat. Tapi bila membeli jasa, maka pada umumnya tidak ada wujudnya.
Konsep tidak berwujud ini, mempunyai arti bahwa
- Sesuatu
yang tidak dapat disentuh atau tidak dapat dipahami.
- Sesuatu
yang tidak dapat didefinisikan, tidak mudah diformulasikan.
2) Produksi
dan konsumsi berjalan serempak.
Jasa diproduksi dan
dikonsumsi dalam jangka waktu yang sama. Pada umumnya, barang diproduksi dulu
kemudian dijual dan dikonsumsi. Sedangkan jasa biasanya dijual dulu, kemudian
diproduksi dan dikonsumsi secara serempak. Dikatakan produksi dan kosumsi
berjalan serempak artinya si penghasil jasa, sering hadir secara fisik, pada
waktu kosumsi berlangsung. Arti kehadiran produsen jasa, bahwa distribusi jasa
merupakan hal yang sangat penting. Pemasaran jasa yang penting ialah bagaimana
menyalurkannya dalam cara yang tepat.
3) Kurang
memiliki standar dan keseragaman.
Jasa pelayanan yang
diberikan oleh petugas akan berbeda dirasakan oleh para pasien/ pelanggan rumah
sakit. Tergantung pada situasi dan kondisi saat diberikan pelayanan, jenis
pelayanan yang diberikan dan hal lainnya.
Pemasaran
dengan jasa sebagai produknya seperti pemasaran di rumah sakit harus menciptakan
kondisi yang dapat memenangkan kepercayaan pasien untuk memilih rumah sakitnya
sebagai pilihan pemberi pelayanan. Karena jasa yang tidak berbentuk seperti
barang dalam bentuk fisik dan terlihat, maka menilai jasa dengan perasaan puas
atau tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan, serta kualitas pelayanan
dari rumah sakit. beberapa ahli menbuktikan bahwa adanya manajemen pemasaran di
rumah sakit yang berkomuikasi dan memberikan promosi kepada pasien dapat
meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit. Dengan kata lain manajemen
pemasaran membantu rumah sakit membentuk image (citra ) rumah sakit yang baik
atau buruk sehingga pasien dapat percaya dan memilih rumah sakitnya.
2. Rumah
Sakit menjalankan Fungsi Sosial
Rumah
sakit khususnya rumah sakit pemerintah merupakan organisasi yang bekerja
menjalankan fungsi sosialnya yaitu menyediakan fasilitas untuk merawat
penderita yang kurang mampu atau tidak mampu sekurang-kurangnya 75 persen dari
kapasitas tempat tidur yang tersedia dan untuk rumah sakit swasta
sekurang-kurangnya 25 persen dari kapasitas tempat tidur yang tersedia.
Pemasaran rumah sakit diterapkan tidak beorientasi untuk meningkatkan profit rumah sakit saja namum secara menjalankan
fungsinya dengan aspek sosio-ekonomi. Rumah sakit saling bersaing untuk
memberikan pelayanan berkualitas dan dapat menanggapi seluruh keluhan sakit pasien
dan keluarga pasien. Sehingga perlu adanya manajemen pemasaran yang bekerja
untuk mencari tahu keinginan pasien dan keluarga pasien sehingga dapat
menyediakan pelayanan sesuai kebutuhannya.
3. Rumah
Sakit diatur dengan Regulasi/ Etika
Rumah
sakit dengan produk jasa yang sangat berbeda dengan produk barang, dengan
berbagai pelayanan yang diberikan akan menimbulkan ketidakseragaman jasa yang
diberikan pada masing-masing individu. Maka rumah sakit yang beroperasi harus
diatur dengan regulasi (peraturan) yang membantu keseragaman pelayanan yang
diberikan dan terstandar. Sehingga dapat diukur kekurangan dan mengurangi
kesalahan dalam pemberian jasa pelayanan kepada pasien.
4. Rumah
Sakit berhierarki Ganda
5. Rumah
Sakit memiliki Sistem Pembayaran
Terdapat dua metode pembayaran rumah sakit yang
digunakan yaitu metode pembayaran retrospektif dan metode pembayaranprospektif.
Metode pembayaran retrospektif adalah metode pembayaran yang dilakukan atas
layanan kesehatan yang diberikan kepada pasien berdasar pada setiap aktifitas
layanan yang diberikan, semakin banyaklayanan kesehatan yang diberikan semakin
besar biaya yang harus dibayarkan. Contoh pola pembayaran retrospektif adalah
Fee For Services (FFS). Metode pembayaran prospektif adalah metode
pembayaran yang dilakukan atas layanan kesehatan yang besarannya sudah
diketahui sebelum pelayanan kesehatan diberikan.Contoh pembayaran prospektif
adalah global budget,Perdiem,Kapitasi dan case based payment.
2.3 Konsep
Pemasaran di Rumah Sakit
Faktor yang melatarbelakangi penerapan pemasaran di rumah
sakit adalah :
1.
Utilisasi Rendah oleh pasien sehingga diperlukan peran pemasaran sebagai
ajang melakukan kegiatan promosi untuk memanfaatkan pelayanan rumah sakit dalam
mengatasi masalah kesehatannya
2.
Transisi
orientasi rumah sakit dari hanya orientasi sosial secakarng bergeser ke orientasi Pasar untuk profit, tapi bukan menjadi tujuan utama
rumah sakit.
3.
Tingginya
persaingan antara rumah sakit sehingga terjadi Kompetisi dalam berlumba-lumba memberikan pelayanan
kesehatan terbaik kepada pelanggan.
4.
Regulasi Kesehatan
5.
Tuntutan
perkembangan Globalisasi sehingga tuntutan konsumen yang semakin banyak mengarahkan rumah sakit
selalu mengembangkan diri dan memberikan pelayanan terbaik
6.
Tuntutan Mutu
7.
Keterbatasan SDM
8.
Konsumen Kritis
Maka dengan adanya
pemasaran Rumah sakit yang dapat melakukan riset pemasaran untuk mengetahui
keinginan dan kebutuhan pasien, rumah sakit menyediakan dan memasarkan
pelayanan tersebut. Dapat dikatakan bahwa manfaat dari pemasaran di rumah sakit
adalah:
1.
Kepuasan konsumen/stake holder
2.
Meningkatkan kualitas pelayanan
3.
Meningkatkan efisiensi
4.
Paham/peka kebutuhan masyarakat
5.
Pelayanan lebih terfokus
6.
Penghentian pelayanan merugi
7.
Produk baru & peluncuran produk baru
8.
Distribusi jasa lebih efektif
9.
Pendekatan harga kreatif
10.
Desain tempat & fungsi lebih menarik
11.
Memuaskan pasien, dokter & karyawan
12.
Informasi lebih luas diterima
Ruang
lingkup dari Manajemen Pemasaran di Rumah Sakit
adalah sebagai berikut:
1.
Riset
Pemasaran (Marketing Research)
Riset
pemasaran diperlukan jika manajemen menginginkan suatu studi yang terarah pada
permasalahan dan peluang khusus yaitu
jika manager menginginkan suatu studi yang terarah pada permasalahan dan
peluas sekunder. Riset pemasaran adalah proses pengumpulan informasi
terkait pemasaran yang dilakukan untuk memahami secara lebih dalam terkait
siapa pelanggan kita, apa keinginan dan kebutuhannya, serta dapat melakukan
penilaian terhadap pelayanan yang diberikan rumah sakit dan menjadi bahan
evaluasi untuk memperbaiki kualitas pelayanannya. Riset
pemasaran adalah kegiatan penelitian di bidang pemasaran yang dilakukan secara
sistematis mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian, pengumpulan data,
pengolahan data dan interprestasi hasil penelitian. Kesemuanya ini dihasilkan
untuk pihak manajemen dalam rangka identifikasi masalah dan pengambilan
keputusan untuk pemecahan masalah. Hasil riset pemasaran ini dapat dipakai
untuk perumusan strategi pemasaran dalam merebut peluang pasar.
Langkah-langkah dalam proses riset pemasaran adalah
terlihat dalam gambar skema dibawah ini:

Gambar 1. Skema Proses Riset Pemasaran
Riset
pemasaran diawali dengan penetapan tujuan riset dan identifikasi permasalahan
yang ingin diatasi melalui riset. Tujuan riset pemasaran bisa berupa meneliti
suatu pasar atau menemukan gagasan praktis guna meningkatkan BOR, atau
mengevaluasi dampak dari upaya pemasaran yang telah dilakukan. Langkah
selanjutnya adalah riset penjajakan untuk mengetahui sedikit lebih mendalam
tentang pasar sasaran, sebelum dilakukannya riset yang sesungguhnya. Dalam
tahap ini dapat dilakukan kajian data sekunder berasal dari arsip internal RS/
pemerintah/ organisasi profesi RS/ RS pesaing/ perguruan/ publikasi lainnya,
pengamatan (observasi), serta wawancara kualifikatif dengan sejumlah orang atau
kelompok.
Selanjutnya
periset dapat merancang riset yang sesungguhnya guna mengetahui besarnya
masalah atau menguji hipotesis. Selain ingin mengetahui persepsi, selera dan
minat, periset juga dapat mengetahui lebih jauh, yaitu hubungan sebab-akibat
jika dikehendaki, serta melakukan riset eksperimental. contohnya menciptakan
situasi di mana perilaku yang sesungguhnya dari responden dapat diamati dan
penyebabnya diidentifikasi. Setelah langkah survey atau riset telah dibuat dan
di test awal, maka selanjutnya pada tahap pelaksanaan (kerja lapangan) yaitu
rumah sakit melakukan proses wawancara dengan menggunakan tenaga-tenaga
sukarela (misalnya mahasiswa) ataupun tenaga-tenaga pewawancara yang
professional.
Setelah
data terkumpul, maka langkah terakhir dari riset ini adalah membuat data itu
menjadi hasil survey/riset atau informasi yang bermakna untuk disampaikan
kepada manager dengan cara melakukan proses tabulasi data, yaitu membuat
distribusi frekuensi tunggal atau ganda (silang) dan lakukan analisis dan interpretasi data.
2.
Sistem
Informasi Pemasaran (Marketing
information system)
Sistem Informasi di rumah sakit merupakan kumpulan
dari sub-sub sistem yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama
secara harmonis untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi
informasi yang diperlukan untuk mendukung melaksanakan fungsi pelayanan rumah
sakit dan pengambilan keputusan manajemen. Informasi akan menjadi sentral untuk
keputusan manajerial, berperan timbal balik artinya makin baik sistem informasi
maka akan lebih baik pula keputusan yang diambil. Sebaliknya, makin buruk sistem
informasi di rumah sakit maka keputusan yang duambil akan semakin buruk
Dapat disimpulkan Fungsi sistem informasi bagi rumah
sakit adalah mendukung fungsi pelayanan, mendukung fungsi pengambilan keputusa,
mendukung fungsi komunikas, mendukung fungsi hukum, mendukung fungsi
perencanaan dan mendukung fungsi pendidikan dan penelitian. Sistem
informasi yang digunakan dalam rumah sakit terkait pemasaran rumah sakit harus
dapat berperan dalam menerapkan strategi rumah saki yaitu Strategi biaya, Strategi
diferensiasi (membuat produk yang unik) dan Strategi inovasi
Sistem informasi pemasaran menurut kotler adalah
suatu struktur yang berlanjut dan saling terkait dari orang, peralatan, dan
prosedur yang ditujukan untuk mengumpulkan, menyaring, menganalisa dan
membagikan informasi yang spesifik, tepat waktu dan cermat untuk digunakan oleh
para pengambil keputusan dibidang pemasaran dengan tujuan penyempurnaan
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pemasaran. Sistem informasi pemasaran
adalah suatu struktur yang terdiri atas manusia, perlengkapan dan prosedur-prosedur
yang berinteraksi secara terus menerus yang dirancang untuk menghimpun,
memilih, menganalisa, mengevaluasi dan mendistribusikan informasi yang sesuai
kebutuhan, tepat waktu dan akurat, bagi pengambilan keputusan dibidang
pemasaran, dalam rangka meningkatkan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
kegiatan-kegiatan pasar.
Informasi yang diperlukan haruslah memenuhi
hal-hal: cukup lengkap, benar.beralasan
dan tepat waktu. Informasi tersebut berasal dari data intern rumah sakit dan
data ekstern rumah sakit. yang diperoleh dari laporan rumah sakit, bahan
tulisan diliteratur, majalah dan surat kabar, audit pemasaran, dan penelitian
pemasaran seperti survey kepuasan pasien. dan juga Secara tidak langsung pada
waktu kontak perorangan. Informasi pemasaran yang dibutuhkan diantaranya
seperti dibawah ini :
a. Situasi
pasar rumah sakit sekarang.
b. Kecenderungan
pasar rumah sakit masa datang.
c. Kekurangan
yang perlu diperbaiki dan kebaikan yang perlu ditingatkan.
Lingkungan pemasaran dari
rumah sakit harus dipantau oleh manajemen pemasaran di rumah sakit. Lingkungan
pemasaran itu berupa pasar sasaran dari rumah sakit, saluran-saluran pemasaran
rumah sakit, pesaing-pesaing rumah sakit, publik-publik rumah sakit, dan lingkungan makro yang
mempengaruhi rumah sakit (kependudukan, keadaan ekonomi, situasi politik dan
lain-lain). Perkembangan dan kecenderungan-kecenderungan lingkungan pemasaran
ditangkap dan dimasukan di rumah sakit melalui empat subsistem yang membentuk
sistem informasi pemasaran rumah sakit yaitu subsistem pencatatan internal,
subsistem intelijen pemasaran, susbsistem riset pemasaran dan subsistem
analisis pemasaran. Informasi yang dihasilkan kemudian mengalir ke para manager
pemasaran rumah sakit guna membantu mereka dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian kegiatan-kegiatan pemasaran rumah sakit. Keputusan-keputusan yang
diambil dan komunikasi-komunikasi pemasaran yang dilakukan kemudian akan
mempengaruhi (mengalir balik kedalam) lingkungan pemasaran.
3. Strategi Pemasaran (Marketing Stategy)
Strategi
pemasaran merupakan langkah-langkah yang dilakukan sebuah perusahaan baik
perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa dalam upaya memenangkan persaingan
dalam situasi yang kompetitif seperti sekarang ini. Strategi pemasaran
merupakan pernyataan baik secara implisit maupun eksplisit mengenai bagaimana
suatu merek atau lini produk mencapai tujuannya.
Ada
beberapa strategi marketing yang bisa diterapkan di rumah sakit yaitu:
1)
Segmentasi –
Targeting – dan Positioning
a.
Segmentasi
Pasar
Segmentasi pasar
adalah kegiatan membagi suatu pasar menjadi
kelompok-kelompok pembeli yang berbeda yang
memiliki kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang berbeda yang mungkin
membutuhkan produk atau bauran pemasaran yang berbeda. Segmentasi pasar juga
dapat diartikan sebagai proses pengidentifikasian dan menganalisis para pembeli
di pasar produk, menganalisis perbedaan antara pembeli di pasar.
Philip Kotler
dan Gary Amstrong membagi segmen pasar tersebut dilakukan berdasarkan perbedaan
empat macam kriteria yaitu:
1. Segmentasi Pasar Secara Geografis
Secara geografis pasar dapat dikelompokan menjadi beberapa segmen yaitu
segmen pasar internasional, nasional, lokal, dalam dan luar kota.
2. Segmentasi Pasar Secara Demografi
Dapat dibedakan menurut umur, gender, suku, ras,ragam, latar belakang
pendidikan, pekerjaan, jabatan dan jumlah anggota keluarga. Faktor demografis
mempunyai pengaruh besar terhadap
jenis dan tingkat mendesaknya kebutuhan barang dan jasa. Dengan demikian
faktor demogarfis akan mempengaruhi
jenis dan jumlah barang atau jasa yang dibeli setiap golongan konsumen.
Tidak hanya itu faktor demografis pun akan mempengaruhi selera, cita rasa, gaya
hidup dan pola konsumsi masing-masing segmen pasar secara demografis.Karena
perbedaan selera, gaya hidup, cita rasa yang disebabkan adanya perbedaan gender
yang sudah sejak lama. Secara demografis
para pembeli intitusional dapat di bedakan dalam beberapa jenis segmen
pasar berdasarkan kriteria yaitu sektor industri dimana mereka berusaha, skala
usaha bisnis mereka (kecil, menengah,
atau besar ) dan lokasi usaha mereka.
3. Segmentasi Pasar Secara Psikhografis
Yang termasuk dalam faktor psikogarfis adalah penggolongan sosial, gaya
hidup, dan pola konsumsi. Ketiga faktor
psikografis tersebut mempengaruhi kebutuhan, pola konsumsi, dan keinginan
seseorang untuk memiliki barang dan jasa
4. Segmentasi Pasar Secara Behavioristik
Dalam segmentasi pasar secara behavioristik konsumen dibagi menjadi
beberapa segmen pasar berdasarkan jadwal pemakain produk, manfaat yang ingin
diperoleh, status pemakai, intensitas konsumsi, kesetiaan, dan kesiapan membeli.
Dasar–dasar segmentasi pada pasar industri
1.
Tahap 1, yaitu menetapkan segmentasi makro, yakni pasar pemakai akhir,
lokasi geografis, dan banyaknya langganan.
2.
Tahap 2, yaitu sikap terhadap penjual, ciri–ciri kepribadian, kualitas
produk, dan pelanggan.
Keuntungan dilakukan strategi segementasi pemasaran
di rumah sakit yaitu:
1.
Memungkinkan kita untuk lebih fokus masuk ke pasar
sesuai keunggulan kompetitif perusahaan kita.
2.
Mendapatkan input mengenai peta kompetisi dan posisi
kita di pasaR
3.
Merupakan basis bagi kita untuk mempersiapkan strategi
marketing kita selanjutnya.
4.
Faktor kunci mengalahkan pesaing dengan memandang
pasar dari sudut unik dan cara yang berbeda.
b.
Targeting
Setelah
melakukan analisis segmentasi, tahapan selanjutnya menetapkan target pasar atau
targeting guna memilih sasaran pasar yang dituju. Menurut Kasali (1998),
targeting merupakan satu atau beberapa segmen pasar yang senantiasa fokus akan
menjadi fokus kegiatan pemasaran serta meninggalkan segmen yang lain.
Menurut
Hasan (2009), targeting merupakan kegiatan untuk menentukan pasar yang disasar,
yaitu merupakan tindakan memilih satu atau beberapa segmen untuk dilayani.
Untuk itu diperlukan suatu analisis atas daya tarik segmen dan kekuatan bisnis
untuk pemanfaatan suatu peluang yang ada. Adapun analisis target pasar adalah
kegiatan untuk melakukan evaluasi daya tarik masing-masing segmen dan kemudian
memilih segmen-segmen sasaran yang dituju.
Dalam
menentukan segmen pasar yang ingin dituju, perusahaan harus terlebih dahulu
mengenali seberapa luas pasar yang akan dimasuki. Dalam melakukan evaluasi
segmen yang akan dituju terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti
ukuran segmen, pertumbuhan segmen, daya tarik struktural, tujuan perusahaan,
dan sumber daya perusahaan guna memastikan penetapan segmen yang dilakukan oleh
perusahaan tetap fokus pada target perusahaan yang ingin dicapai.
Saat
ini perkembangan kesehatan yang mengarah ke era JKN sehingga 60% pasien di
rumah sakit adalah peserta jaminan sosial. sehingga terjadi transisi orientasi
masyarakt bebas memilih rumah sakit
menjadi masyarakat lebih terarah dimulai dari pelayanan dasar (PTK I), PTK II,
dan PTK III, Hal ini dapat menjadi kunci target (sasaran utama) untuk rumah
sakit menjadi rumah sakit yang dapat menjadi pusat rujukan terbaik bagi para
peserta JKN dengan menjanjikan pelayanan yang lebih lengkap, lebih cepat, lebih
memuaskan dan perlakuan sama antara peserta JKN dengan peserta umum rumah
sakit.
c.
Positioning
Positioning
merupakan langkah selanjutnya setelah menetapkan sasaran pasar yang dipilih oleh perusahaan. Tujuan positioning
adalah untuk menenamkan persepsi ke dalam benak konsumen akan posisi suatu
produk. Beberapa ahli juga mendefinisikan sebagai berikut :
1) Menurut
Tjiptono (2000), positioning merupakan suatu strategi untuk menciptakan
diferensiasi yang unik di dalam benak konsumen untuk membentuk suatu citra
merek atau keunggulan suatu produk dibandingkan dengan pesaingnya.
2) Menurut
Kotler (2000) positioning merupakan suatu penawaran perusahaan atas suatu
keunikan dan citra yang dimilikinya sehingga dapat menonjolkan keunggulannya
dan memperoleh tempat di hati konsumen.
3) Kasali
(1998), positioning adalah strategi komunikasi untuk memasuki pikiran konsumen,
agar suatu produk/merek/nama memiliki arti tertentu guna mencerminkan
keunggulan terhadap pesaingnya dalam bentuk hubungan asosiatif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa positioning
merupakan suatu strategi pemasaran yang menitikberatkan kepada komunikasi
perusahaan untuk menyampaikan suatu keunggulan dan nilai lainnya atas produk
yang di tawarkan melalui suatu keunikan tertentu agar dapat lebih mudah diingat
dan diterima oleh konsumen.
Tujuan positioning di rumah sakit adalah:
1) Untuk
menempatkan atau memosisikan keunggulan di rumah sakit pada pasar sehingga rumah
sakit tersebut terpisah atau berbeda dengan rumah sakit lainnya
2) Untuk
memosisikannya sehingga dapat menyampaikan beberapa hal pokok kepada pelanggan
misalnya keunggulan-keunggulan pelayanan yang diberikan dari rumah sakit.
3) Untuk
mencapai hasil yang diharapkan seperti, pemenuhan sejauh mungkin kebutuhan
segmen-segmen pasar yang spesifik, meminimumkan atau membatasi terjadinya
perubahan yang mendadak dalam promosi dan menciptakan keyakinan pelanggan atau
konsumen terhadap rumah sakit yang dipromosikan akan sesuai kebutuhannya.
2) Focus 5-c
Focus 5-C adalah strategi pemassaran
yang menjabarkan 5 hal yaitu:
Karakter
adalah: Sifat ,gaya hidup,kondisi keluarga,hubungan dengan lingkungan yang
berhubungan dengan kepribadian seseorang. Contohnya: jenis pekerjaan, jenis perusahaan,
jabatan, pendidikan, kredit macet.
Rumah sakit
dalam riset pemasaran dapat meninjau character
dari pelanggannya untuk mengelompokkan pelanggan-pelanggan yang dominan dan
menentukan sasaran utama pemasaran kita dengan memberikan kebutuhan pelayanan disesuaikan
dengan character/watak pelanggan potensial kita.
Kapasitas
adalah : Kemampuan financial calon konsumen untuk membayar biaya pemeriksaan.
Jadi RS harus melihat apakah masyarakat mampu menjangkau tarif pemeriksaan yang
diberikan rumah sakit. Walaupun untuk era JKN saat ini, pembiayaan rumah sakit
diharapkan tidak menjadi masalah yang menghalangi masyarakat untuk berobat ke
rumah sakit. Maka terkait strategi kapasitas disini bisa dengan meninjau daya
tampung rumah sakit dari pasien JKN yang cukup banyak dan bagaimana kualitas
pelayanan yang diberikan sama dengan pasien Umum lainnya.
Capital
adalah sejumlah uang yang diserahkan pertama kali untuk mendapatkan asset
(pinjaman) dimana besarnya uang muka akan menggambarkan kemampuan calon konsumen
untuk membayar angsuran.
Jika
dikaitkan pada pelanggan rumah sakit dapat melihat dari permintaan kelas
perawatan yang bisa jadi dengan memilih kelas perawatan VIP atau Super VIP
digolongkan sebagai orang yang mampu. Bila jumlah pasien cukup banyak dengan
kelas perawatan VIP/ Super VIP, rumah sakit dapat berinovasi menyediakan
berbagai fasilitas yang berbeda dengan rumah sakit lainnya agar pasien merasa
puas dengan pelayanan yang diberikan dan dapat menjadikan rumah sakitnya
menjadi pilihan terbaik.
4)
Collateral
5) Condition ( Keadaan Konsumen)
3) Differentiation
Keadaan yang sedikit
berbeda dengan superioritas .di
sini organisasi bertindak lebih rasional
yaitu tidak ingin unggul dalam segala hal, tetapi membatasinya
pada satu atau beberapa
segi saja yang superior
terhadap pesaing-pesaingnya. Misalnya,
suatu rumah sakit yang unggul dalam pelayanan Hemodialisasi yang satu-satunya
menyediakan 100 tempat tidur. Maka rumah sakit dapat mempromosikan
keunggulannya tersebut dan melakukan pengembangan terus menerus terhadap
pelayanan itu.
Sebuah
rumah sakit harus dapat mengikuti perkembangan yang terjadi dewasa ini dengan
membuat analisis, pertimbangan, dan strategi agar masyarakat tertarik untuk
menggunakan jasa pelayanan kesehatan yang ditawarkan. untuk itulah setiap rumah
sakit perlu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi minatpasien membeli
pelayanan kesehatan dengan memperhatikan strategi pemasaran rumah sakit.
Perilaku
konsumen merupakan perilaku pembelian yang dilaksanakan oleh konsumen dan
terwujud dalam bentuk berbagai pilihan brand,
pilihan penjualan, dan pilihan jumlah produk jasa. menurut Kotler (2002)
pengembangan strategi pemasaran suatu produk harus menghadapi masalah brand. Simanora (2004) menyatakan bahwa
salah satu manfaat brand bagi konsumen memang menceritakan sesuatu kepada
pembeli tentang mutu, sehingga membantu menarik minat pembeli terhadap
produk-produk baru yang mungkin bermanfaat bagi mereka. salah satu aspek
penting terkait dengan brand adalah brand image. brand image adalah segala
kesan yang muncul dibenak konsumen yang terkait dengan ingatannya mengenai
suatu brand. kesan-kesan yang terkait dengan brand akan semakin meningkat
dengan semakin bertambahnya pengalaman pasien ketika membeli pelayanan di rumah
sakit tertentu.
Ada
5 fase dalam membanngun dan memposisikan brand/ image rumah sakit di pasar
dikenal dengan The Five D’s Brand Positioning yaitu:
1) Discover Phase
2) Design Phase
3) Development Phase
4) Deployment Phase
5) Displat Phase
4.
Bauran
Pemasaran ( Marketing Mix)
Bauran
pemasaran atau Marketing mix adalah
usaha yang pokok yang erat hubungannya dengan pasien yang dituju, jadi rumah
sakit yang secara khusus erat dengan perilaku pasien untuk melakukan
pemanfaatan pelayanan (Sabarguna, 2012). Perusahaan kemudian merancang bauran pemasaran yang
terintegrasi untuk menghasilkan respons yang diinginkan dalam pasar sasaran.
Menurut
Kotler dan Amstrong (2003), bauran pemasaran (marketing mix) merupakan
serangkaian alat pemasaran yang dapat dikendalikan, dimana di dalamnya termasuk
produk, harga, tempat (distribusi), dan promosi yang dapat satu padukan oleh
perusahaan guna menghasilkan tanggapan yang diinginkan oleh perusahaan dalam
mencapai sasaran pasar.
Bauran
pemasaran memiliki peranan penting baik bagi penjual maupun pelanggan. Dari
sudut pandang penjual, alat pemasaran ini berfungsi untuk menerapkan
nilai-nilai penting yang perlu ditonjolkan dalam menawarkan produk kepada
pelanggan untuk membujuk mereka membeli produk tersebut. Dari sudut pandang
pembeli alat pemasaran ini dirancang untuk memberikan keuntungan bagi konsumen.
Kelompok
keputusan penting bagi pemasaran rumah sakit adalah 10 P yaitu :
Tabel 1. Contoh Bauran Pemasaran di Rumah Sakit
No
|
Kode
|
Keputusan
Pemasaran
|
Contoh
|
1
|
P1
|
Product/Service
|
Jenis
& Jumlah Pelayanan Rs, Data Rekam Medis
|
2
|
P2
|
Place
|
Lokasi
Rs di daerah tertentu, penempatan lokasi pelayanan
|
3
|
P3
|
Price
|
Penentuan
tarif, tarif yang kompetitif
|
4
|
P4
|
Promotion
|
Penyebarluasan
keg. Pelayanan RS dan leaflet, kalender
|
5
|
P5
|
Proffesional
|
Keberadaan
dokter spesialis dan keramahan perawat
|
6
|
P6
|
People
|
Peran
karyawan bagian informasi dan bagian pertamanan
|
7
|
P7
|
Public
|
Peran
pasien yang loyal, dan peran pemilik Rs
|
8
|
P8
|
Power
|
Peran
Dep. Kesehatan, dan peran pemilik Rs
|
9
|
P9
|
Pressure
|
Hutang
terhadap rekaman dan kewajiban pada lingkungan
|
10
|
P19
|
Performance
|
Keberhasilan
Rs pada kasus menonjol dan fasi. pelayanan
|
Sumber : Sabarguna, 2003
1) Man
merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam
manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat
tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada
manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk
kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang
berkerja sama untuk mencapai tujuan.
2) Money
atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan
alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur
dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan
alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus
diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang
yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang
dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu
organisasi.
3) Material
terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia
usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam
bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu
sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak
akan tercapai hasil yang dikehendaki.
4) Machine
atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang
lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
5) Metode
adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer.
Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu
tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran,
fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan
usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya
tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan.
Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
6) Market
atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan (memasarkan)
produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila
barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti.
Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar
dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam
perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus
sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen seni
melaksanakan dan mengatur.
Produk atau tawaran dikatakan berhasil apabila
ia memberikan nilai dan kepuasan kepada pelanggan yang akan memilih
berdasarkan, yang manakah diantara penawaran dipasar yang memberikan
Value/nilai yang paling tinggi. Value
adalah rasio atau perbandingan antara apa yang konsumen peroleh dengan apa yang
telah ia korbankan/berikan/keluarkan. Value sama dengan benefit/cost yaitu hasil dari functional
benefit+emotional benefit /monetary cost+time cost+energy cost+phisic cost.
Value atau ‘nilai’ bagi konsumen
adalah keuntungan/manfaat yang diperoleh dari membeli suatu produk,
dibandingkan dengan seluruh biaya yang sudah dia keluarkan.
Manfaat yang didapat meliputi manfaat fungsi
(produk) dan manfaat emosional (kepuasan, peningkatan status dll). Sedang biaya
yang dikeluarkan meliputi rupiah, waktu yang dikeluarkan, energi dan biaya
fisik. Pemasar dapat meningkatkan “value”, melalui
beberapa cara antara lain : meningkatkan benefit, menurunkan biaya,
meningkatkan benefits dan menurunkan biaya-biaya, meningkatkan benefits lebih
dari peningkatan biaya atau menurunkan sedikit benefit tetapi tak lebih besar
dari penurunan biaya.
5.
Taktik
Pemasaran ( Marketing tactis)
Taktik pemasaran adalah suatu cara yang jitu yang diterapkan oleh pihak
rumah sakit selama memberikan pelayanan kepada pelanggan rumah sakit untuk
memenangkan kepercayaan dan dapat mempertahankan loyalitasnya terhadap rumah
sakit. Berbeda dengan strategi rumah sakit yang direncanakan sebelum pelayanan
sedangkan taktik dilakukan selama pelayanan berlangsung, Salah satu taktik yang
digunakan rumah sakit adalah membentuk hubungan dengan pasien melalui
komunikasi yang efektif yang dengan kata lain disebut Customer Relationship Marketing (CRM)
Winer (2001) mendefinisikan Customer Relationship Marketing sebagai strategi
untuk membangun hubungan yang baik dengan pelanggan dalam jangka panjang dengan
mengkombinasikan kemampuan untuk merespon secara langsung dan untuk melayani
pelanggan dengan interaksi yang tinggi. Untuk mendukung penerapan strategi
customer relationship marketing, diperlukan suatu perangkat berupa pendekatan
manajemen, yaitu customer relationship management (CRM). Septiadi (2001) menyatakan:
“Sesuatu yang dapat dijadikan patokan bagi perusahaan untuk tetap menjaga
hubungan antara konsumen dan perusahaan adalah “kesesuaian”, yaitu kesesuaian
antara harapan konsumen dan realitas yang dirasakan.”
Berdasarkan kajian tersebut, dapat dimengerti bahwa
konsumen akan tetap menjaga hubungan dengan perusahaan karena konsumen sendiri
merasakan suatu kepuasan karena harapan yang diinginkan mampu dipenuhi oleh
perusahaan melalui produk
dan layanan yang diberikan. Kesesuaian antara harapan dan realitas yang
diterima dapat digunakan batu pijakan bagi perusahaan untuk terus mengembangkan
produk dan layanan yang diberikan sehingga makin sesuai atau melebihi harapan
konsumen. Jika hal tersebut mampu dipenuhi oleh perusahaan, dengan sendirinya
berarti perusahaan telah menjaga hubungan dengan konsumen.
Kajian mengenai customer relationship marketing
berarti kajian mengenai sisi interaksi yang terjadi antara konsumen dan
perusahaan melalui komunikasi
yang diperankan oleh pihak perusahaan kepada pelanggan. Untuk itu inti dari
customer relationship marketing adalah komunikasi yang intensif antara
perusahaan dan konsumen. Ada beberapa konsep inti relationship marketing,
diantaranya menurut Kotler (2003) adalah sebagai berikut:
a.
Horizon Orientasi Jangka Panjang
Merupakan ciri utama relationship marketing.
Keberhasilan relationship marketing diukur dari seberapa lama pelanggan
terjaga dalam hubungan dengan perusahaan. Dengan demikian relationship marketing
juga menyangkut nilai estimasi mengenai nilai sepanjang hidup konsumen.
b.
Komitmen dan Pemenuhan Janji
Untuk dapat menjalin hubungan jangka panjang, relationship
marketing menekankan upaya pemeliharaan sikap percaya atau kepercayaan,
komitmen, dengan menjaga integritas masing-masing melalui pemenuhan janji atau
timbal balik, empati di antara kedua belah pihak.
c.
Pangsa Konsumen Bukan Pangsa Pasar
Relationship marketing tidak lagi
pada konsentrasi pada pencapaian pangsa pasar melainkan pada upaya untuk
mempertahankan pelanggan.
d.
Nilai Sepanjang
Hidup Pelanggan
Perusahaan perlu mengidentifikasi pelanggan yang
berpotensi menjalin hubungan jangka panjang dan kemudian menghitung nilai hidup
pelanggan (Customer Lifetime Value – CLV) agar menguntungkan perusahaan.
e.
Dialog Dua Arah
Untuk mencapai hubungan yang diinginkan, maka
diperlukan komunikasi dua arah.
f.
Kustomisasi
Relationship marketing memberikan
pemahaman yang lebih baik akan tuntutan dan keinginan konsumen, sehingga
memungkinkan penyediaan produk yang sesuai dengan spesifikasi pelanggan.
Sebuah sistem Customer Relationship Marketing harus
bisa menjalankan fungsi:
1) Mengidentifikasi
faktor-faktor yang penting bagi pelanggan.
2) Mengusung
falsafah customer-oriented (customer centric)
3) Mengadopsi
pengukuran berdasarkan sudut pandang pelanggan
4) Membangun
proses ujung ke ujung dalam melayani pelanggan
5) Menyediakan
dukungan pelanggan yang sempurna
6) Menangani
keluhan/komplain pelanggan
7) Mencatat
dan mengikuti semua aspek dalam penjualan
8) Membuat
informasi holistik tentang informasi layanan dan penjualan dari pelanggan
6.
Audit
Pemasaran
Menurut Kothler, Audit Pemasaran merupakan pengujian yang kompherenshif,
sistematis, independent, dan periodic atau berkala dari suatu
perusahaan-perusahaan atau unit usaha lingkungan pemasaran, tujuan strategis,
dan aktifitas dengan maksud untuk menentukan area masalah dan peluang serta
merekomondasikan suatu rencana tindakan untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Audit pemasaran dilakukan terhadap bagaimana perusahaan menetapkan strategi
pemasarannya apakah sudah sesuai dengan lingkungan pemasaran yang dihadapi
perusahaan, intensitas persaingan, dan berbagai keterbatasan yang secara
internal dihadapi perusahaan. Menurut (IBK
Bayangkara, 2008) Audit pemasaran dapat mencakup enam wilayah utama dalam
pemasaran sebagai berikut:
1) Audit
Lingkungan Pemasaran
Audit terhadap lingkungan pemasaran
mencakup penilaian terhadap pelanggan, pesaing, dan berbagai faktor lain yang
memiliki pengaruh terhadap perusahaan. Audit ini meliputi aspek lingkungan makro
seperti ekonomi, teknologi, sosial, dan politik.
2) Audit
Strategi Pemasaran
Audit ini bertujuan untuk menentukan
bahwa perusahaan telah menetapkan strategi yang selaras dengan tujuannya,
sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. Sering terjadi bahwa tujuan dan
strategi perusahaan tidak secara jelas dinyatakan dan kemudian Auditor harus
menentukan pernyataan tujuan untuk kepentingan pengevaluasiannya.
3) Audit
Organisasi Pemasaran
Audit ini menilai kemampuan
organisasi pemasaran dalam mencapai tujuan perusahaan. Audit ini menentukan
kemampuan tim pemasaran untuk secara efektif berinteraksi dengan bagian-bagian
lain seperti litbang, keuangan, pembelian, dan sebagainya.
4) Audit Sistem
Pemasaran
Audit ini menganalisis prosedur yang
digunakan perusahaan untuk memperoleh informasi perencanaan dan pengendalian
operasi pemasaran. Hal ini berhubungan dengan penilaian apakah perusahaan telah
memiliki metode yang memadai atau tidak, untuk digunakan mengerjakan
tugas-tugas rutin di bidang pemasaran.
5) Audit
Produktivitas Pemasaran
Audit ini menganalisis produktivitas
dan profitabilitas produk, kelompok pelanggan, atau unit analisis yang lain di
dalam pemasaran. Analisis biaya pemasaran adalah salah satu metode untuk
menganalisis profitabilitas dan produktivitas pemasaran.
6) Audit Fungsi
Pemasaran
Audit ini merupakan audit vertikal
atau analisis secara mendalam terhadap setiap elemen bauran pemasaran seperti
produk, harga, distribusi, tenaga penjual, periklanan, promosi, dan lain-lain.
III PROGRAM PEMASARAN DI RUMAH SAKIT
3.1 Membuat
Bidang Kerja Public Relation
Public
relation adalah proses interaksi dimana public relation menciptakan opini publik
sebagai input yang menguntungkan kedua belah pihak, dan menanamkan pengertian,
menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik, bertujuan menanamkan keinginan
baik, kepercayaan saling adanya pengertian, dan citra yang baik dari publiknya.
Public relation adalah fungsi khusus
manajemen yang membantu membangun dan memelihara komunikasi bersama,
pengertian, dukungan, dan kerjasama antara organisasi dan publik, melibatkan
masalah manajemen, membantu manajemen untuk mengetahui dan merespon opini
publik, menjelaskan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani
minat publik, membantu manajemen untuk tetap mengikuti dan memanfaatkan
perubahan secara efektif, berguna sebagai sistem peringatan awal untuk membantu
mengantisipasi tren, dan menggunakan penelitian dan teknik suara yang layak
dalam komunikasi sebagai alat utama (Maria, 2002).
Tujuan utama
dari public relation adalah mempengaruhi perilaku orang secara individu maupun
kelompok saat saling berhubungan, melalui dialog dengan semua golongan, dimana
persepsi, sikap dan opininya penting terhadap suatu kesuksesan sebuah
perusahaan (Davis, 2003).
Menurut
Rosady Ruslan (2001, p.246) tujuan public relation adalah sebagai berikut:
a.
Menumbuhkembangkan citra perusahaan yang positif untuk
publik eksternal atau masyarakat dan konsumen.
b.
Mendorong tercapainya saling pengertian antara publik
sasaran dengan perusahaan.
c.
Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan public
relation.
d.
Efektif dalam membangun pengenalan merek dan
pengetahuan merek.
e.
Mendukung bauran pemasaran.
Menurut Maria (2002), public relation merupakan satu bagian dari satu nafas
yang sama dalam organisasi tersebut, dan harus memberi identitas organisasinya
dengan tepat dan benar serta mampu mengkomunikasikannya sehingga publik menaruh
kepercayaan dan mempunyai pengertian yang jelas dan benar terhadap organisasi
tersebut”. Hal ini sekedar memberikan gambaran tentang fungsi public relation
yaitu:
a.
Kegiatan yang bertujuan memperoleh itikad baik,
kepercayaan, saling adanya pengertian dan citra yang baik dari publik atau
masyarakat pada umumnya.
b.
Memiliki sasaran untuk menciptakan opini publik yang
bisa diterima dan menguntungkan semua pihak.
c.
Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan
yang spesifik, sesuai harapan publik, tetapi merupakan kekhasan organisasi atau
perusahaan. Sangat penting bagaimana organisasi memiliki warna, budaya, citra,
suasana, yang kondusif dan menyenangkan, kinerja meningkat, dan produktivitas
bisa dicapai secara optimal.
d.
Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara
organisasi atau perusahaan dengan publiknya, sekaligus menciptakan opini publik
sebagai efeknya, yang sangat berguna sebagai input bagi organisasi atau
perusahaan yang bersangkutan.
Dapat saya simpulkan bahwa membentuk public
relation rumah sakit yang berorientasi kepada pihak rumah sakit untuk
membangun citra positif ruamhs sakit, dan hasil yang lebih baik dari sebelumnya
karena mendapatkan opini dan kritik dari konsumen. Tetapi jika fungsi public
relation yang dilaksanakan dengan baik benar-benar merupakan alat yang ampuh
untuk memperbaiki, mengembangkan peraturan, budaya organisasi, atau perusahaan,
dan suasana kerja yang kondusif, serta peka terhadap karyawan, maka diperlukan
pendekatan khusus dan motivasi dalam meningkatkan kinerjanya. Dengan singkat
dapat dikatakan bahwa fungsi public relation dirumah sakit adalah memelihara, mengembangtumbuhkan,
mempertahankan adanya komunikasi timbal balik antara pihak rumah sakit dan
pasien yang diperlukan dalam menangani, mengatasi masalah yang muncul, atau
meminimalkan munculnya masalah di rumah sakit.
3.2 Melakukan
Kegiatan-kegiatan Pemasaran di Rumah Sakit
Menurut
Bendall dan Powers (1995), komunikasi luar strategi rumah sakit dapat
memperkuat kepuasan pelanggan atau menyesuaikan sikap pelanggan terhadap
organisasi medis. Hal ini merupakan faktor penting yang mempengaruhi loyalitas
pelanggan. Petromilli dan Michalczyk (1999) pada sisi lain menyatakan bahwa
komunikasi luar strategi rumah sakit adalah faktor yang paling penting yang
pengaruh citra rumah sakit, dan tujuan komunikasi pemasaran adalah untuk
meningkatkan kognisi dari pelanggan terhadap rumah sakit, untuk membedakan
antara pesaing dan untuk menginformasikan nilai layanan dalam rangka
meningkatkan preferensi dan pilihan konsumen pelanggan menuju rumah sakit.
MacStravic (1987) menyatakan bahwa untuk mendidik loyalitas pelanggan menuju
rumah sakit, harus memiliki proyek informasi, proyek aksi dan proyek
komunikasi. Sehingga dapat saya simpulkan bahwa adanya strategi pemasaran di
rumah sakit dapat menjadi satu cara menarik dan mempertahankan pelanggan dalam
mengambil pilihan kepada rumah sakit yang mana akan dikunjungi/ memberikan
pelayanan.
Berikut beberapa kegiatan pemasaran sebagai
strategi komunikasi luar yang dapat diterapkan di rumah sakit yaitu :
1.
Pemberitaan pelayanan rumah sakit di TV.
2.
Menawarkan konsultasi kesehatan gratis.
3.
Menawarkan perawatan klinik gratis.
4.
Mengeluarkan catatan medis atau jurnal medis.
5.
Memberikan pendidikan kesehatan masyarakat dan
kebersihan,
6.
Pemberita rumah sakit di surat kabar.
7.
Membuka situs promosi dan pamflet promosi tentang
produk unggulan rumah sakit.
8.
Mengirimkan email pengingat jadwal pemeriksaan/ jam
klinik atau pemberitahuan pelayanan yang baru bagi pelanggan potensial bagi
rumah sakit
9.
Meminta teman-teman atau kerabat pasien merujuk rumah
sakit kita.
10. Kembangkan budaya
organisasi berbasis konsep pemasaran
11. Tingkatkan
pengetahuan & keterampilan pemasaran pada semua lini
12. Kembangkan fungsi
& organisasi pemasaran secara bertahap
3.3 Menerapkan
Manajemen Pemasaran di Rumah Sakit
Berangkat pada permasalahan persaingan
antar rumah sakit yang semakin intens, sehingga manajer harus menghadapi
tantangan yang lebih besar dalam memberikan pelayanan terbaik kepada
pelanggannya. Pihak Rumah Sakit (khususnya manajer/manajemen RS) harus berpikir
keras tentang bagaimana menbangun citra yang baik, meningkatkan kekuatan kompetitif
dan dapat menarik konsumen ke rumah sakit mereka. Maka salah satu strategi yang
dapat dilakukan rumah sakit adalah dengan menerapkan manajemen pemasaran dalam
memberikan pelayanan rumah sakit kepada pelanggannya.
Berikut penjabaran kegiatan manajemen pemasaran di rumah
sakit diantaranya yaitu:
1)
Riset Pemasaran
(Konsumen), dilakukan dengan tujuan untuk mengetahu konsumen terkait apa yang
dipikirkan, apa yang diharapkan, apa yang dianggap berharga, serta kemampuan
konsumen membayar
2)
Pengembangan Produk
dari rumah sakit, baik
dengan pendekatan produk portofolio (BCG, GE approach) serta product/ Market
Expansion Strategy (Ansoff)
3)
Komunikasi Pemasaran (Promosi) dengan memperhatikan isi pesan atau cara
kegiatan promosi dimana pesan harus informatif, tidak komparatif, realistik dan
tidak asal janji, serta kegiatan promosi tidak berlebihan
4)
Distribusi Pelayanan
rumah sakit yang
mengupayakan agar pasien/ konsumen dapat mengkunsumsi produk jasa RS secara
mudah, aman, menyenangkan yang disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit untuk
menyediakannya.
5)
Penetapan Harga dengan memperhatikan unit cost produk, tarif
competitor, persepsi konsumen/ pasien serta profit margin.
6)
Service/Sales meninjau terkait kelemahan rumah sakit yang
menonjol, serta kemampuan komunikasi dan kemampuan koordinasi sehingga dapat
dilakukan perbaikan dalam service
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa pemasaran rumah sakit adalah penerapan konsep-konsep
pemasaran mulai dari pelaksanaan riset pemasaran, mengembangkan sistem
informasi pemasaran, melakukan strategi
pemasaran misalnya menerapkan S-T-P serta melakukan taktik pemasaran yaitu CRM
untuk mempertahankan hubungan dan membentuk loyalitas pelanggan terhadap rumah
sakit dalam proses memberikan pelayanan kepada pelanggan. Demi perkembangan dan
pertumbuhan organisasi penting adanya pemasaran karena menjadi wadah
pembelajaran dan evaluasi bagi rumah sakit terkait mempelajari pola perilaku
konsumen yang terus berubah dan berkembang sehingga rumah sakit dapat selalu
siap memberikan pelayanan yang dibutuhkan pelanggan dan sesuai harapan dengan
kualitas pelayanan terbaik.
4.2 Saran
Saran saya sebagai
penulis makalah ini adalah:
1.
Rumah
Sakit dapat membentuk struktur untuk bidang pemasaran rumah sakit dengan
penjabaran tugas dan fungsi yang jelas. Misalnya membentuk public relation,
customer service, posko konsultasi keluhan dan saran dan lainnya
2.
Rumah
Sakit dapat melakukan berbagai kegiatan promosi pemasaran rumah sakit untuk
mempertahankan komunikasi dengan konsumen misalnya follow up produk unggulan
melalui pemberitaan media elektronik ( email, tv, surat kabar, brosur, pamflet
dan sebagainya), memberikan promo
misalnya konsultasi gratis untuk pemeriksaan kelima kalinya pasien, mengirimkan
pengingat jadwal pemeriksaan/ jam klinik kepada konsumen dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Boy S. sabarguna Dr. dr. Mars. Pemasaran Rumah Sakit. Konsersium Rumah Sakit Islam Jateng-Diy.
2004.
Boy S. sabarguna Dr. dr. Mars. Sistem Informasi Pemasaran Rumah Sakit Berbasis Rekam medis, Gama
Press. Yogyakarta. 2004.
Candace A. Quinn, The Five D’s of Brand Positioning. Brand- Experience.
Chen, Chuan-Biau., Kao, Pi
Lien., “The Effects of the
Hospital Marketing Promotion on Consumers’ Choice of Hospitals Consumer”. The Journal of Human Resource and Adult Learning
Vol. 7, Num. 2, December 2011
Hartono, Bambang Dr. Manajemen Pemasaran Untuk Rumah Sakit. Rineka Cipta. Jakarta. 2010.
Kotler P, Manajemen Pemasaran, Edisi Millenium 2.
Indeks, Jakarta. 2002
Oktariany, Nina., dkk, Hubungan antara Brand Image dengan Minat
Passien untuk berobat di Poliklinik anak Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta, Jurnal Kesehatan Masyakarat ISSN: 1978-0575
Simanora, Bilson, Riset Pemasaran, Falsafah, Teori, dan
Aplikasi. Gramedia, Jakarta. 2004
Semua terima kasih kepada ibu KARINA ROLAND karena telah membantu saya dengan pinjaman saya setelah ditipu oleh orang-orang palsu yang bersikeras untuk menjadi pemberi pinjaman.
BalasHapusNama saya Annika amahle mokoena, saya dari Afrika Selatan dan saya tinggal di kota Johannesburg. Sebulan yang lalu saya sedang mencari pinjaman online dan saya melihat pemberi pinjaman yang berbeda di internet dan saya melamar dari mereka dan yang saya dapatkan hanyalah scammer, saya mendaftar lebih dari 2 perusahaan dan saya ditipu sepanjang waktu. Jadi saya putus asa sampai saya memutuskan untuk memeriksa lagi apakah saya akan menemukan bantuan ketika saya sedang mencari dan saya menetap untuk mencari perusahaan pinjaman yang sah. Saya menemukan perusahaan ini bernama KARINA ROLAND LOAN COMPANY Saya melihat banyak kesaksian yang dikomentari orang dia tetapi karena saya ditipu beberapa kali saya pikir itu adalah penipuan tetapi saya melakukan apa yang diminta untuk saya lakukan dan saya menunggu pinjaman saya dan Nyonya KARINA ROLAND memberi tahu saya dalam waktu kurang dari 24 jam Anda dapat dengan aman pinjaman saya saya tidak percaya Karena saya pikir itu juga penipuan sehingga hari itu malam hari di Afrika Selatan dan saya tidur keesokan paginya ketika saya bangun saya menerima peringatan dari rekening bank saya dan segera saya menelepon manajer bank saya untuk mengonfirmasi dan manajer bank mengatakan kepada saya untuk segera datang ke bank dan saya segera pergi begitu saya tiba di sana manajer bank memeriksa akun saya dan melihat sejumlah $ 127.000,00 USD yaitu Dolar Amerika Serikat dan saya menjelaskan kepada manajer saya bahwa saya mengajukan pinjaman secara online dan bank saya Manajer kaget jika ada masih perusahaan pinjaman online yang nyata dan sah saya sangat senang semua terima kasih kepada MRS KARINA ROLAND saya memutuskan untuk menulis di internet karena saya melihat orang lain melakukannya dan bersaksi tentang perusahaan ini itulah sebabnya saya memposting pesan ini secara online kepada siapa pun yang membutuhkan pinjaman bahkan jika Anda telah ditipu sebelum melamar dari perusahaan ini dan yakinlah bahwa perusahaan ini tidak akan mengecewakan Anda. Salam Hormat kepada siapa saja yang membaca pesan saya dan Anda dapat menghubungi perusahaan ini melalui surat (karinarolandloancompany@gmail.com) atau hanya whatsapp +1 (585) 708-3478, Sekali lagi saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang membaca kesaksian ini, Anda dapat menghubungi saya juga untuk informasi lebih lanjut ..... annikaamahlemokoena@gmail.com
A mind blowing article is provided here. Private tutor St. Augustine
BalasHapus