Leadership By Heart
Tugas Individu 2
Mata Kuliah : Leadership and System Thinking
Dosen : Prof. dr. Veni Hadju, Ph.D
“LEADERSHIP BY HEART”
OLEH:
FEBRIANY ANGRAENI PUTRI
P1806215023
KONSENTRASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
Buku
“Memimpin dengan Hati (Sebuah Catatan Pembelajaran)” dengan 60
kisah terkandung didalamnya merupakan sebuah buku inspiratif dan spiritual yang
bersumber dari kisah nyata penulis dalam masa kepemimpinannya sebagai Dekan FKM
Universitas Hasanuddin. Buku ini sangat menarik untuk dibaca karena merupakan
kumpulan kisah dari peristiwa-peristiwa menarik yang dialami penulis selama
memimpin mulai dari membangun networking, tantangan dan cobaan yang dihadapi,
berbagai kesempatan yang diberikan dan bagaimana membangun fakultas kesehatan
sampai pada akhir masa kepemimpinan. Melalui rangkaian kata yang “ringan” untuk
dibaca tanpa maksud menggurui menceritakan gaya kepemimpinan dari penulis dalam
menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi organisasi yang dipimpinnya.
Penulis
selalu berpedoman terhadap ajaran agama dalam menggerakkan orang-orang untuk
menerapkan apa yang diinginkan untuk dikerjakan. Intinya dengan membaca buku
ini, memberikan gambaran nyata dari suatu gaya kepemimpinan yang baik dan sederhana,
dengan selalu menghayati dan merenungkan setiap pembelajaran yang terjadi di dalam
setiap babak peristiwa. Memberikan kita pelajaran penting bahwa memimpin
seseorang itu terlebih dahulu melepaskan keegoisan dalam hati, membuka pola
berpikir dan mau belajar dari setiap perubahan yang terjadi.
Dari 60
kisah yang diceritakan dalam buku “Memimpin dengan Hati” sangat menarik untuk dibaca. Karena disetiap
akhir kisah selalu ada pembelajaran dan penghayatan yang didapat pembaca. Namun
diantara 60 kisah itu, ada 2 kisah yang sangat menarik perhatian yaitu kisah
penulis dari bagian 4 dengan topik “Pengambilan Keputusan dan Sholat Istikhara”
serta bagian 7 dengan topik “ Kisah Seratus Ekor Kambing”.
Saya
tertarik dengan topik “Pengambilan Keputusan dan Sholat Istikhara” karena dalam
kisah ini menceritakan bagaimana penulis dengan pertimbangan yang matang,
melihat baik buruknya bagi organisasi dalam pengambilan keputusan. Dan beliau
selalu melakukan sholat istikhara dalam pengambilan keputusan yang sulit
merupakan sikap yang benar dari seorang pemimpin yang mengajarkan kita bahwa
setinggi apapun jabatan manusia tetap juga dalam menentukan sesuatu yang
berhubungan dengan banyak orang memohon petunjuk dari Allah SWT, bahwa tindakan
yang diambil sudah dijalan yang benar. Beliau selalu berhati-hati dalam
mengambil keputusan dari sesuatu hal karena itu adalah bagian dari amanah yang
dipertanggungjawabkan seorang pemimpin. Jangankan untuk maslahat orang banyak,
untuk diri sendiripun ketika kita bimbang terhadap sesuatu hal sepelepun kita
dianjurkan sholat istikhara memohon ditunjukkan langkah yang tepat untuk
diambil. Apalagi tentang sesuatu hal yang sifatnya mempengaruhi dan melibatkan
banyak pihak. Tak pernah sekalipun beliau melupakan Allah dari setiap perannya
sebagai pemimpin karena dalam pendirian beliau bahwa jabatan sebagai pemimpin
adalah amanah yang diberikan Allah adalah suatu ibadah yang ketika dijalankan
dengan benar maka akan memetik amal ibadah bagi dirinya dan orang-orang yang
berperan didalamnya.
Namun
banyak suara sumbang yang tidak paham akan pentingnya sholat istikhara. Menganggap
bahwa melakukan sholat istikhara adalah suatu kelemahan dan ketidaksanggupan
manusia “pemimpin” menggunakan pikirannya dalam memutuskan. Padahal hakikatnya
sholat istikhara dilakukan untuk memantapkan sebuah pilihan dengan berharap
keridhoan Allah SWT. Hebatnya lagi beliau menanggapi semua hujatan serta
sindiran itu dengan sabar dan terbuka. Malah merenung apakah tindakan yang
dilakukan beliau salah. Mengintropeksi diri sendiri tanpa memulai konflik
dengan marah dan menyalahkan orang lain. Padahal beliau memiliki suatu kekuatan
untuk menunjukkan kekuasaannya. Dan mendoakan semoga semuanya diberikan
diampuni dosa-dosanya dan selalu diberikan petunjuk oleh Allah SWT. Saya bangga
dengan beliau dan ingin bersikap seperti beliau dalam keseharian.
Kisah
yang kedua tentang “ Kisah Seratus Ekor Kambing” membuat saya terkesan karena
penulis menceritakan suatu bentuk impian yang dengan niat serta tekad kuat bisa
menjadi sebuah kenyataan. Dan walaupun ada kekecewaan karena qurban yang
diharapkan tidak dapat mencapai 100 ekor namun cuma terkumpul sebanyak 35 ekor
tidak menyurutkan kebahagian dan kesyukuran beliau karena kegiatan tersebut
masih dapat terlaksana dengan lancar, sederhana, dinikmati banyak orang dan
diberkahi oleh Allah SWT. Dan tidak lepas dari bentuk kerjasama yang terjadi
antara beliau dan warga FKM menjadi faktor penting terselenggaranya acara
tersebut. Mengutip dari penulis yang mengungkapkan bahwa “lakukan saja sederhana, tapi harus punya kemauan yang tinggi untuk bisa
memperoleh hasil yang maksimal”. Dari ungkapan ini saya memetik pelajaran
bahwa walaupun mimpi kita sederhana misalnya hanya sebagai sarjana namun proses
usaha kita menjadi lebih baik itulah yang bernilai pahala dan bermakna bagi
kita. Dan mestilah kita selalu bersyukur terhadap hal-hal kecil untuk menikmati
hal-hal yang besar nantinya.
Unsur-unsur
kepemimpinan dari ke 60 topik dalam buku Memimpin dengan Hati (Sebuah Catatan
Pembelajaran) antara lain:
1. Jihad
Yaitu bersungguh-sungguh
dalam menjalankan perintah Allah SWT (amanah sebagai pemimpin), dan mengerahkan
segala upaya dan potensi dalam perjuangan meraih tujuan besar. Tujuan terbesar
dalam hidup seorang muslim adalah taat pada perintah Allah dan meraih ridha Allah
serta tunduk pada ketentuan Allah. Menggapai cita-cita besar itu menuntut
perjuangan panjang dan melelahkan
melawan rintangan.
2. Ijtihad
Bahwa
seorang pemegang amanat untuk menjadi pemimpin umat Islam wajib memiliki
kemampuan menjawab berbagai problematika dalam kehidupan umat, memberikan
kepastian hukum bagi persoalan-persoalan yang tidak ditemukan dalam hukum yang
berlaku. Di samping itu ia mesti memiliki pengetahuan tentang spiritualitas,
aspek kejiwaan dan hikmah Islam serta memiliki kemampuan untuk merumuskan hukum
baik secara pribadi maupun kelembagaan sebagai solusi masalah umat. Juga
memiliki “kecerdasan intelektual”, semangat untuk bekerja, dapat memanfaatkan
potensi dan kekayaan alam untuk kemaslahatan Islam, bukan untuk tujuan palsu dan
memenuhi tuntutan hawa nafsu.
3. Persepsi
dan kesabaran
Yaitu pemahaman atas apa yang Anda yakini tapi tak
diyakini orang lain dan bahwa lewat kesabaran, kesadaran timbal balik, serta
pemahamanlah hal itu bisa terjadi.
4. Keyakinan
dan komitmen
Yaitu pemahaman
bahwa keyakinan akan sesuatu adalah unsur yang lebih kuat ketimbang metode lain
dan bahwa komitmen adalah tolok ukur keterlibatan Anda pada apa yang Anda
yakini itu. Tindakan tindakan Anda mestilah sebanding dengan kuatnya keyakinan
Anda.
5.
Unsur Intern
Yaitu unsur dalam
diri seorang pemimpin. Unusur intern membentuk sikap, sifat, dan
karakter seorang pemimpin yang dibentuk dari keinginan atau niat, memiliki pola
pikir, nurani serta tanggungjawab.
6. Unsur Ekstern
Yaitu
pengaruh, perubahan, dan pengikut. seorang pemimpin juga harus mampu mengikuti
perkembangan sosial, teknologi hingga lingkungan. Idealnya, seorang pemimpin
yang memahami perkembangan di luar akan bisa memprediksi apa yang akan terjadi
di masa depan.
7. Keberanian
dan kekerasan hati
Yaitu pemahaman bahwa kemajuan
berarti melakukan kesalahan. Sehingga menimbulkan keberanian terhadap hal yang
dihadapi serta berpegang teguh terhadap apa yang menjadi pendapatnya selagi hal
tersebut berdasarkan Al-Qur’an dan hadist.
8.
Cinta
dan perhatian
Yaitu pemahaman bahwa cinta
terhadap orang lain dan perhatian pada kebutuhan kebutuhan mereka adalah energi
paling potensial pada keberadaan kita. Satu satunya hal yang tak pernah hilang
dari kita adalah apa yang telah kita berikan kepada orang lain.
9. Nonkonformisme
dan kepercayaan diri
Yaitu pengenalan terhadap diri
sendiri, pemahaman atas diri sendiri, percaya dan jujur terhadap diri sendiri.
Dengan percaya terhadap perasaan sendiri dan bertindak menurut perasaan itu
sendiri, Kita bisa percaya pada diri sendiri. Dengan percaya diri dan menikmati
keyakinan diri ini, maka tak lagi digelisahkan oleh pendapat orang lain, karena
kita sendirilah yang memiliki diri kita sendiri.
10. Unsur kerja sama
untuk mencapai tujuan yang diinginkan
11. Kemampuan berkomunikasi
secara efektif, memahami lingkungan, membangun, mengarahkan dan memandu
organisasi dengan visi yang kuat, imajinatif, prediktif dan antisipatif.
Komentar
Posting Komentar